- Antara/ Jafkhairi
VIVAnews - Ainun Habibie, istri mantan Presiden BJ Habibie, meninggal dunia di Rumah Sakit Munich, Jerman. Staf Habibie, Ima, mengkonfirmasi berita itu.
"Saya menerima telepon dari Jerman, Ibu telah wafat," kata Ima saat dihubungi VIVAnews, Sabtu 22 Mei 2010 pukul 23.00.
Mantan ibu negara, Ainun Habibie, meninggal saat dirawat di Rumah Sakit Munich, Jerman. Sebelumnya, dokter telah menyerah mengobati Ainun yang mengidap kanker.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menghubungi mantan Presiden BJ Habibie untuk turut mendoakan kesehatan istrinya, Ainun Habibie. Wakil Presiden Boediono pagi tadi juga sudah memimpin rapat bersama sejumlah menteri guna mengantisipasi berbagai kemungkinan.
"Bapak (Habibie) tadi pagi ditelepon Pak SBY. Bapak menghargai sekali respon dari Pak SBY," ujar staf pribadi Habibie, Marulloh Noor saat dihubungi VIVAnews, Jakarta, Sabtu siang, 22 Mei 2010.
Karena itu, keluarga akan mengikuti semua yang telah ditentukan oleh pemerintah. Keluarga besar mantan Presiden Habibie mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas perhatian yang diberikan.
Pagi tadi, Marulloh menerima kabar buruk langsung dari Habibie. "Bapak SMS jam 01.30 pagi tadi, katanya, Ibu koma, berdoa saja, semoga khusnul khotimah," tambah dia,
Ainun Habibie 7 April 2010 lalu menjalani operasi kanker rahim. Ketika dibedah, baru diketahui kanker itu sudah menjalar.
Kondisi terburuk terjadi dua hari lalu, sebelumnya keluarga masih berharap Ainun bisa pulih. "Dua hari lalu masih sadar, masih sadar bukan berarti sehat, makannya lewat infus. Tapi saat itu masih bisa merespon ketika diajak bicara dan salat," kata Marulloh.
Namun dua hari ini kondisinya menurun drastis. "Dokter di sana sudah menyerah, tak bisa diapa-apakan lagi. Tinggal menunggu."
Menurut rencana, jika tidak berubah, jenasah almarhumah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. (hs)
Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu
Kehadiran pasangan AMIN saat penetapan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024–2029 dinilai bisa memberi legitimasi hasil Pemilu 2024.
