- ANTARA/Hari Atmoko
VIVAnews - Permasalahan pengungsi korban letusan Gunung Merapi tidak saja menyangkut untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi, masalah kesehatan dan lainnya. Namun dengan bertambah banyaknya jumlah pengungsi, juga meningkatkan volume sampah di lokasi pengungsian.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Provinsi DIY menyatakan sampah yang dihasilkan lebih dari 100 ribu pengungsi ini diperkirakan setiap harinya mencapai 1,5 ton. Sampah tersebut berupa sampah organik dan non organik.
"Kita memperkirakan sampah yang dihasilkan oleh para pengungsi yang tersebar di berbagai tempat setiap harinya mencapai 1,5 juta ton," kata Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta, di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Yogyakarta, Senin 8 November 2010.
Menurutnya sampah yang jumlahnya diperkirakan mencapai 1,5 juta ton perhari ini akan dipilah dan diolah kembali oleh relawan dibantu oleh petugas.
"Sampah organik akan diolah kembali menjadi kompos dan yang non organik akan diolah menjadi barang-barang kerajinan yang bernilai rupiah tinggi," ujarnya.
Lebih lanjut Gusti Muhammad Hatta menyatakan pihaknya juga akan memberikan masukan soal ruang yang mengintregasikan kawasan rawan bencana Merapi. Baik yang berdampak langsung maupun kawasan yang tidak secara langsung terkena dampak bencana Merapi.
"Erupsi Merapi telah merusak ekosistem lingkungan. Merapi merupakan menara air serta menjadi salah satu unsur dalam siklus hidrologi perlu dilakukan rehabilitasi rekonstruksi," ujarnya.
Hernowati, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta, menambahkan, pihaknya telah menempatkan dua pencacah sampah di dua lokasi pengungsian. Yaitu di Maguwoharjo dan Youth Center, Turi, Sleman. "Dua alat yang kita siapkan semoga dapat membantu masalah sampah di lokasi pengungsian," ujarnya.
Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta
Suzuki Luncurkan Skuter Matik Baru Rp24 Jutaan
Suzuki Avenis 125 2024 mempertahankan desain sporty yang menjadi ciri khasnya.
