- ANTARA/Ujang Zaelani
VIVAnews - Banyak kalangan menilai Megawati Soekarnoputri terlalu banyak bicara sosok Soekarno dalam pidato peringatan hari lahir Pancasila. Mega dinilai terlalu menonjolkan figur personal Soekarno.
Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto membantah tudingan itu. Menurut dia, apa yang dilakukan Presiden kelima itu hanya memenuhi term of refference (TOR) dari MPR sebagai penyelenggara. Selain diminta berpidato sebagai Presiden kelima, Megawati juga sebagai putri Bung Karno, yang pertama kali mencetuskan gagasan Pancasila.
"Ibu Megawati diminta menjelaskan suasana kebatinan dan aspek kontemplatif Soekarno dalam menggali Pancasila. Jadi mau tidak mau harus bicara Bung Karno," kata Hasto di kantor DPR, Jakarta, Rabu 1 Juni 2011.
Hasto menjelaskan, berdasar TOR, Habibie diminta pidato Pancasila dalam perspektif masa transisi Indonesia. Sedangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpidato Pancasila dalam perspektif kekinian dan yang akan datang. "Jadi beliau-beliau berbicara Pancasila dalam satu tarikan nafas sejarah perjalanan kebangsaan kita," ujarnya.
Sedangkan Megawati, menurut dia, diminta menjelaskan proses penggalian Soekarno terhadap nilai-nilai Pancasila. Sebab, pada masa Orde Baru, proses penggalian ini dihilangkan. "Orba menutupi sejarah Pancasila sebagai sesuatu yang sudah jadi, tanpa proses panjang Soekarno," ujarnya.
Sebelumnya, usai pidato Mega juga menjelaskan dirinya menyampaikan materi sesuai permintaan panitia. "Saya justru karena menerima undangan itu untuk hadir, kembali menerangkan secara benar Pancasila itu dapatnya darimana," ujarnya.
Menurut Mega, saat ini kehadiran kembali Pancasila dirasa perlu. Bangsa ini sudah mulai mencari solusi berbagai masalah. "Pada akhirnya kembali lagi ke Pancasila," ujarnya. (eh)