Teror Bom

"Tak Cukup Tutup Situs Radikal"

korban ledakan bom solo
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVAnews - Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mendukung usulan agar Pemerintah menutup situs-situs yang menyebarkan ajaran agama radikal. Namun, Hasanuddin menilai bahwa cara itu tidak cukup untuk meredam radikalisasi. Pemerintah juga harus menekan lingkungan yang mendukung munculnya bibit radikalisme.

"Saya ini hidup di lingkungan pesantren di Majalengka," kata Hasanuddin dalam perbincangan dengan VIVAnews. Hasanuddin mengaku tahu persis bahwa di beberapa wilayah masyarakat cenderung permisif dengan keberadaan kelompok garis keras.

Bahkan, lanjutnya, tak sedikit warga yang kemudian mendukung gerakan teroris ini dengan menyediakan ongkos, tempat menginap, dan lain sebagainya. "Di mana peran pemerintah? Saya rasa pemerintah bukannya membiarkan hal ini, tapi memang tidak berdaya," kata dia.

Selama lingkungan yang permisif terhadap gerakan teroris tidak ditindak tegas, Indonesia akan terus dihantui aksi-aksi martir para pengantin yang bersedia mati bersama ledakan bom. Contoh lain, kata dia, sejumlah pesantren garis keras pun luput dari tindak tegas aparat.

"Kejadian terakhir, pesantren di Mataram yang hancur karena bom meledak. Masak polisi perlu berhari-hari untuk masuk ke lingkungan pesantren? Ini kan aneh. Di mana fungsi kepolisian untuk menindak tegas aksi teroris seperti itu?" ungkap politisi asal PDI Perjuangan ini.

Contoh lain, imbuhnya, saat pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden tewas dalam serangan pasukan elit Amerika Serikat. Di Indonesia, kata dia, ada sekelompok masyarakat yang mendoakan pemimpin yang kerap melancarkan aksi teroris itu. "Polisi malah membiarkan aksi ini," imbuhnya.

Aksi bom bunuh diri terakhir terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Solo pada 25 September 2011. Satu korban tewas dan belasan luka dalam kejadian tersebut. Korban tewas kemudian diidentifikasi sebagai pelaku bom bunuh diri bernama Ahmad Yosepa Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo alias Hayat.

Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya

Sebelumnya, usulan penutupan situs yang menyiarkan ajaran radikal datang dari Ketua Umum PB Nahdhlatul Ulama Said Aqil Siradj. Menjawab ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengaku sudah memblokir situs-situs sejenis ini.

"Kami sangat berterima kasih karena NU sudah memberikan perhatian. Tapi kami sudah melakukannya, dan itu juga sudah diatur di UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)," kata Kepala Bidang Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S. Dewa Broto.

Ilustrasi anak-anak .

Pentingnya Kesehatan di Masa Golden Age Anak, Bakal Tentukan Kondisi Masa Depan

Dalam masa golden age itu, terjadi juga perkembangan kepribadian anak dan pembentukan pola perilaku, sikap, serta ekspresi emosi.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024