Kasus Sampang Bukti Daya Tahan Tubuh RI Lemah

Penganut Syiah di Sampang mengungsi dikawal polisi
Sumber :
  • Antara/ Saiful Bahri

VIVAnews - Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin menilai sikap menjaga keutuhan bangsa Indonesia lemah dalam 10 tahun terakhir. Serangan kepada kelompok Syiah di Sampang, Jawa Timur, pun harusnya tidak dilihat sebatas satu kasus saja.

"Karena ini sudah terus menggejala dan kita tidak bisa lagi bicara soal Syiah dan sebagainya. Ini semacam lemahnya daya tahan tubuh kita bangsa negara ini," kata Tubagus dalam perbincangan dengan VIVAnews, Senin 27 Agustus 2012.

Secara umum, kata Tubagus, masyarakat Indonesia lemah dalam integritas dan integrasi mempertahankan NKRI di semua aspek. Kelemahan ini semula pada masalah-masalah kecil yang kemudian merembet ke masalah besar. "Ujung-ujungnya bisa seolah urusan aliran kepercayaan agama atau aqidah. Padahal penyulutnya di balik itu adalah masalah pilkada, bisnis, dan lain sebagainya," imbuhnya.

Dari kondisi itu, Tubagus pun menyimpulkan, "Secara nasional kita sendiri sudah punya kerawanan seperti itu dalam sepuluh tahun terakhir, khususnya di era reformasi."

Selain kasus Sampang, Tubagus mencontohkan persoalan warga penganut ajaran Ahmadiyah yang diserang di beberapa tempat. Sebenarnya hal itu tidak bisa dilihat karena masalah perbedaan keyakinan semata. "Kan sejak tahun 43 sudah ada Ahmadiyah itu dan baik-baik saja. Syiah juga kan sudah lama ada," kata Tubagus.

Oleh karena itu, untuk mengatasi gejala kekerasan yang cenderung terus berkembang ini pemerintah harus bertindak tegas terhadap pelakunya. Pemerintah diminta tidak ragu menghukum pelaku kekerasan tersebut. "Harus ada penegakan hukum," kata Tubagus.

Tindak kekerasan harus dihadapi aparat dengan sikap keras. Memang hal itu punya risiko tinggi, yakni jatuh korban. "Tapi tidak akan sebanyak jika terjadi konflik horizontal. Sebab, sekali saja ada alasan pembiaran dengan alasan tak ingin muncul korban lain, maka kekerasan itu akan terus berkembang."

Aparat sekarang, imbuhnya, sedang gamang karena mau bertindak keras disalahkan, mau lembek pun disalahkan. Untuk itu perlu ada ketegasan dari unsur pimpinan, Kapolri dan Presiden. Sebab kalau tidak, akan terus berkembang seperti ini. "Aparat itu punya kewenangan, bukan melakukan kekerasan tapi bersikap keras," kata Tubagus.

Selain itu, aparat kepolisian perlu dilatih untuk menangani peristiwa huru-hara. Dia menilai polisi perlu dilengkapi dengan alat-alat huru hara. "Jangan biarkan mereka turun hanya membawa senapan, bayonet, dan peluru tajam."
 
Jika ingin ada penambahan polisi, dia mempersilakan, tapi bukan pasukan Brimob. "Yang harus ditambah itu pasukan Binmas (pembinaan masyarakat)," kata Tubagus. (umi)

Pengakuan Mengejutkan Shin Tae-yong Jelang Lawan Korea Selatan, Ternyata Dia Merasa...
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

Pesan Penting Haedar Nashir untuk Prabowo Usai Ditetapkan Presiden Terpilih

KPU RI telah menetapkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2024-2029.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024