Tiga Korban Amuk Massa di Lombok Dikenal Sebagai Orang Baik

Tahanan Dibantai Massa di Kantor Polisi
Sumber :
  • tvOne

VIVAnews - Lima orang tewas dibantai warga di sejumlah wilayah di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Aksi brutal warga ini dipicu beredarnya isu penculikan anak yang beredar melalui pesan elektornik dan jejaring sosial.

Tiga dari lima korban kebrutalan warga yang berada di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara, sudah diambil oleh keluarga masing-masing.

Ketiga korban tewas masing-masing bernama Badrun alias Amak Rohmani, warga Dusun Dasan Koak, Desa Mekarsari, Swele; Arif Maulidin Hidayat, 26 tahun, warga asli Kota Bima; dan Dedi Sunandar Abdullah, 31 tahun, warga Tente Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.

Badrun yang tewas dihakimi warga di Polsek Kediri, Lombok Barat, diketahui hanya seorang pengemis. Kini, putrinya yang bernama Rohmani, 13 tahun harus menjadi anak yatim setelah ibunya pergi tak tahu kemana 13 tahun silam.  

Meninggalnya Badrun sangat mengejutkan keluarga. Menurut saudara kandungnya, Syafii, peristiwa itu terjadi ketika Badrun sedang mencari rezeki untuk anaknya.

"Dia lelaki baik bahkan pernah menjadi pengajar ngaji di Narmada dan Kediri. Kami terkejut mendengar informasi mengenai meninggalnya Badrun," tutur Syafii, Selasa 23 Oktober 2012.

Rohmani sangat terpukul mengetahui ayahnya meninggal dengan cara mengenaskan. Firasat mengenai peristiwa mengenaskan itu sempat dirasakannya sehari sebelum kejadian. Ketika itu, seseorang sempat memberikan uang Rp10 ribu kepadanya karena dianggap sebagai anak yatim piatu. Kini, untuk melanjutkan hidup, Rohmani berharap kebaikan dari paman dan bibinya.

Korban lainnya, Arif Mauludin Hidayat, diketahui sebagai pedagang obat di Kawasan pantai Kuta, Lombok Tengah. Anak bungsu dari enam bersaudara ini berjualan bersama Dedi di sekitar Pantai Kuta. Menurut Endang, adiknya dikenal sebagai sosok yang sangat santun dan pekerja keras.

Bahkan Arif sempat menemuinya di Kota Bima untuk meminta tambahan modal untuk usaha dagangnya yang dia rintis sejak satu tahun lalu. Arif juga sempat mengantarkan anak semata wayangnya, Askiya yang baru berusia 3 tahun sebelum nyawanya melayang di tangan warga.

"Kami keluarga tetap menuntut agar pembunuh adik saya segara ditemukan dan diadili," Endang berharap.

Endang mengaku heran, mengapa adiknya dituduh sebagai penculik sampai dihakimi secara sadis. Padahal kesehariannya, Arif dikenal oleh warga sekitar tempat dia berjualan. Kini, Arif telah meninggalkan seorang istri bernama Mulyana dan seorang anak yang masih berusia 3 tahun.

Kondisi serupa juga dialami Dedi Sunandar rekan seprofesi Arif. Pria yang memiliki dua orang istri itu juga dikenal sebagai lelaki yang baik. Bungsu dari enam bersaudara pasangan Abdullah Sulaiman dan Fatimah itu juga meninggalkan seorang putri yang baru berusia lima bulan.

Kisman mengaku sangat terpukul dengan peristiwa yang merenggut nyawa adik kandungnya itu. Orang mengenal Dedi Sunandar dikenal sebagai sosok pekerja keras yang sangat bersemangat dalam membangun bisnisnya. Terakhir berbincang dua bulan lalu, adiknya ingin sekali mengembangkan bisnisnya hingga ke sejumlah tempat. Bisnis tak bisa dikembangkan, Arif kini meninggalkan dua orang istri dan seorang bayi.

Peristiwa amuk massa mulai terjadi di Kediri Lombok Barat pada Minggu sore, 21 Oktober 2012. Saat itu seorang lelaki tanpa identitas diamuk massa karena diduga sebagai penculik anak. Korban bahkan menjadi bulan-bulanan massa saat berada di dalam sel tahanan Polsek Kediri Lombok Barat hingga tewas. Lihat videonya di

Para korban yang dicurigai warga sebagai penculik, dihakimi hingga tewas. Padahal belum ada bukti-bukti yang kuat mereka sebagai penculik. Kepolisian juga belum menemukan bukti beberapa orang yang dicurigai warga itu sebagai penculik.

Terdakwa Yosep Subang Diadili Bunuh Istri dan Anak Demi Uang, Korban Dibacok Pakai Golok

Karena itu, pihak kepolisian Daerah NTB terus berupaya menangkap provokator penyebar isu penculikan yang sudah menelan korban jiwa ini. Situasi di sejumlah daerah di Lombok kini berangsur-angsur pulih. Meski begitu, sejumlah warga masih berkumpul di beberapa tempat terutama pada malam hari untuk mengantisipasi gangguan dan ketertiban di lingkungan mereka. (eh)

Sapi Albino Ko Muang Phet.

Kerbau Albino Diundang ke Gedung Pemerintah, Harganya Rp7,8 Miliar

Kerbau albino bertubuh besar ini bernama Ko Muang Phet, terkenal di kalangan peternak Thailand sebagai hewan pejantan. Tingginya 1,8 meter dan berusia empat tahun.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024