Bom Boston: Pemerintah Tak Larang WNI ke AS

Polisi AS di Kota Boston bereaksi setelah insiden ledakan bom
Sumber :
  • REUTERS/MetroWest Daily News/Ken McGagh/Handout
VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keprihatinannya terhadap insiden ledakan bom di arena lomba lari maraton di Kota Boston, Amerika Serikat, Senin waktu setempat. Atas kejadian itu, ia meminta kepada seluruh warga Indonesia di manapun, khususnya di AS, supaya meningkatkan kewaspadaan.
Prediksi Piala Asia U-23: Yordania vs Timnas Indonesia

"Sementara tidak ada larangan ke luar negeri bagi WNI. Presiden berpesan kepada seluruh WNI untuk waspada agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha di kantor presiden, Selasa 16 April 2013.
Inspirasi Membantu Sesama

Julian pun mengatakan, Presiden SBY telah mendapatkan laporan dari Duta Besar RI di AS, Dino Patijalal, bahwa seluruh WNI di sana dalam kondisi aman. 
DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

"Tentu akan terus dimonitor, yang pasti tadi presiden dilaporkan bahwa tidak ada WNI yang jadi korban atas peristiwa tersebut, meskipun dilaporkan pula bahwa sesungguhnya ada WNI yang ikut dalam maraton itu," katanya.

Dua bom mengguncang kerumunan penonton di garis finish lomba maraton Boston, Senin 15 April 2013 waktu setempat. Bom ini menewaskan tiga orang, melukai lebih dari 100 orang, dan membuat sejumlah orang harus kehilangan kakinya. Gedung Putih menyatakan ledakan ini sebagai “aksi teror.”

Seperti dilansir Reuters, para pelari maraton Boston sedang berlari menuju garis finish ketika suara ledakan mengoyak keramaian. Bola api dan asap tiba-tiba membubung di antara keriuhan penonton dan deretan bendera negara peserta lomba maraton itu.

Kegembiraan penonton menyambut peserta lomba, berganti menjadi teriakan dan kepanikan. Tiga orang tewas, termasuk seorang bocah usia delapan tahun. Korban terluka berusia antara dua hingga 63 tahun. Diperkirakan, korban luka mencapai 125 orang yang telah ditangani di berbagai rumah sakit di Boston. Beberapa korban kehilangan anggota tubuhnya. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya