Jembatan Roboh, Sepekan Ratusan Murid SD Kesiangan

Ruang kelas minim di SDN Sancang II Garut
Sumber :
  • VIVAnews/Diki
VIVAnews -
Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?
Jembatan Ciogong di Kampung Bojongkomo, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, ambruk sejak 10 Mei lalu. Sejak itu pula, ratusan siswa di SDN Sancang II terlambat datang ke sekolah.

Pembakar Al-Quran Salwan Momika 'Diusir' dari Swedia, Kini Pindah ke Norwegia

Menurut salah seorang pengajar di SDN Sancang II, Unus Yunus, paska jembatan Ciogong roboh, para siswa menyeberangi sungai tanpa alat. Para murid pun harus membongkar pasang sepatu dan berjalan kaki dari kampung ke sekolah sejauh 4 kilometer (km) karena kendaraan yang biasa mengantar dan menjemput mereka berhenti sejak jembatan tersebut roboh.
Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapat 61 Persen Saham Freeport Indonesia, Meski Alot Negosiasinya


"Jadi kesiangan tiap hari. Bahkan ada yang datang baru jam 8.30 WIB. Padahal mereka berangkat dari rumah sekitar jam 05.30 WIB, " kata Unus kepada wartawan, Jumat, 17 Mei 2013.


Selain harus berjuang saat berangkat sekolah, para siswa itu pun belajar dengan fasilitas minim. Ruang kelas, misalnya. Sebanyak 131 siswa harus belajar bersama-sama di tiga ruang kelas.


"Satu ruangan untuk dua kelas. Misalnya kelas 1 dengan kelas 2, lalu kelas 3 dengan kelas 4. Kelas 5 dengan kelas 6, " ungkap Unus.


Otomatis, konsentrasi para siswa pun terganggu karena harus mendengarkan pelajaran beda tingkat di sebelah mereka. Apalagi, tak ada sekat yang memisahkan antar kelas dalam satu ruangan.


"Jadi dua baris menghadap ke depan, nah dua baris lainnya menghadap ke belakang. Itu yang membedakan perbedaan kelas di dalam ruangan, " Jelas Unus.


Dengan pengaturan seperti itu, guru dua kelas berbeda pun jadi sering menyapa. "Karena kami belajar saling berhadapan," imbuhnya sambil tersenyum. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya