Pilkada Jatim: "Nahdliyin Bersatu di Tahlil, Terpecah di Politik"

Saifullah Yusuf
Sumber :
  • Antara/ Ujang Zaelani
VIVAnews
Pemprov: Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan
- Ketua Tanfidz Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember, Jawa Timur, KH Abdullah Syamsul Arifin, menilai, pertarungan dua kader nahdliyyin yang semakin menguat di pemilihan gubernur Jawa Timur bisa merugikan NU sendiri.

Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024

"Kelemahan NU adalah bersatu bila merasa terancam dan bersatu dalam urusan agama. NU dari Sabang sampai Merauke kalau urusan tahlil bersatu. Tapi kalau urusan politik terpecah," kata Gus Aab, sapaan akrab Abdullah, saat dihubungi teleponnya, Selasa 20 Agustus 2013.
Smart Finance Gandeng CBI Redam Risiko Kredit Macet


Inilah yang tengah terjadi di pemilihan gubernur Jatim. Kandidat wakil gubernur Saifullah Yusuf dan kandidat gubernur Khofifah Indar Parawansa berebut kue pemilih yang sama, yakni massa Nahdliyin.


"Munculnya Khofifah Indar Parawansa, sebagai kandidat gubernur bisa memecah suara. Khawatirnya, kuda hitam yang akhirnya menang, dan NU akhirnya sama-sama tidak mendapat apa-apa," ujar Abdullah.


Abdullah punya referensi soal ini. Ia mengingatkan pemilihan kepala daerah di Pasuruan lima tahun silam, saat dua kader kuat NU saling bertarung. "Akhirnya yang menang Pak Dede Angga yang diusung PDIP. Kader NU yang tadinya diunggulkan justru kalah," katanya.


Di pilgub Jatim, kuda hitam yang dimaksud adalah pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dari PDI Perjuangan, Bambang Dwi Hartono dan Said Abdullah. Massa PDIP solid. Mereka tinggal mencari tambahan massa lain di luar PDIP.


"Pak Said punya suara kuat di Madura dan bisa meraih pendukung di sana," kata pria yang pernah menjadi calon wakil bupati Jember ini.


Sebagai kader NU, Abdullah berharap, ada warga Nahdliyyin yang menduduki pimpinan di Jawa Timur, terlepas gubernur atau wakil gubernur. Dengan demikian, konsolidasi politik lima tahun ke depan akan terjaga, di mana NU bisa menduduki posisi gubernur Jatim pada masa berikutnya. Jika NU gagal mendudukkan kadernya di posisi pemimpin Jawa Timur, maka konsolidasi sulit dilakukan.


Abdullah berharap, Khofifah dan Gus Ipul tidak hanya terkonsentrasi berebut massa NU. "Lebarkan sayap, jangan sampai ada gesekan. Banyak potensi yang bisa dimaksimalkan, seperti segmen anak muda," katanya.


Abdullah juga mengingatkan, tingginya angka golput bisa membahayakan dua kandidat dari NU. "Kalau golput besar, maka kandidat yang punya pendukung dan mesin partai solid yang akan diuntungkan. Saya sendiri pesimistis. Saya perkirakan golput akan mencapai 50 sampai 60 persen." (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya