Moeldoko Tepis Isu Operasi Sajadah Ahmadiyah

KSAD baru Letjen TNI Moeldoko
Sumber :
  • ANTARA
VIVAnews - Dewan Perwakilan Rakyat melakukan uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test calon Panglima Tentara Nasional Indonesia pada Rabu 21 Agustus 2013. Calon tunggal yang diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI Moeldoko.
Respons Polisi soal Pengakuan Mengejutkan Sopir Truk Pemicu Kecelakaan Beruntun di GT Halim

Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu, kerap dikaitkan dengan "Operasi Sajadah" ketika dia menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi di Cikeusik. Dalam kesempatan ini, Moeldoko pun menjelaskan masalah tersebut. Sebab, menurut Moeldoko, pemberitaan mengenai "Operasi Sajadah" ini, merupakan pukulan keras di sepanjang karirnya sebagai anggota TNI.
Cak Imin Dikabarkan Maju Pilgub Jatim, PKB Ingin Fokus di MK Dulu: Tidak Lama Hanya 14 Hari

Saat menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi, Moeldoko menjelaskan, dia melihat dua persoalan utama masalah Ahmadiyah di Cikeusik, yaitu, persoalan aqidah dan komunikasi.
Mudik Pakai Mobil Listrik, Perhatikan Suhu Cuaca dan Ban

"Aqidah bukan urusan saya karena saya tentara, tapi ada persoalan komunikasi yang harus diselesaikan, harus dikanalisasi," kata Moeldoko di depan Anggota Komisi I DPR.

Menurut dia, orang-orang non-Ahmadiyah menaruh curiga pada Ahmadiyah. Sementara, Ahmadiyah bersikap tertutup kepada non-Ahmadiyah. Hal inilah, yang menjadi pemicu terjadinya konflik di Cikeusik.

"Saya sampaikan ke pada teman non-Ahmadiyah, saudara-saudara muslim, saya juga muslim, kita memiliki pemahaman sama bagaimana nabi kita mengajari kasih sayang didalam ajarannya, maka saya larang saudara-saudara melakukan kekerasan terhadap Ahmadiyah," kata Moeldoko.

Moeldoko lalu memiliki gagasan bagaimana agar non Ahmadiyah bisa mendekati warga Ahmadiyah secara persuasif.

"Maka saya usulkan, gelarlah sajadah di masjid mereka, itu ajakan moral, pertanyaannya apakah boleh menggelar sajadah di Ahmadiyah, boleh karena adanya kesepakatan dengan Ahmadiyah, mereka mengatakan terbuka," kata dia.

Setelah usul itu diterima oleh masyarakat non-Ahmadiyah, maka Moeldoko langsung meminta izin kepada Gubernur, Kapolda dan Kejaksaan setempat untuk menggelar sajadah di masjid Ahmadiyah.

"Semuanya bersepakat oke ini konsep yang bagus kita lakukan," ujar dia.

Tapi, Gubernur meminta agar TNI dan Polri mengawal rencana menggelar sajadah di masjid Ahmadiyah, sebagai penengah jika terjadi konflik.

"Makanya waktu itu pakai pakaian dinas kita masuk ke masjid mengawal mereka memang ada perselisihan siapa yang jadi imam rebutan, akhirnya berjalan dengan baik namun tiba-tiba ada berita, terjadinya persepsi operasi sajadah," kata dia.

Moeldoko keberatan jika upaya menggelar sajadah di masjid Ahmadiyah, disebut sebagai "Operasi Sajadah." Moeldoko menjelaskan, bisa dikatakan sebagai operasi, jika ada tiga ciri, yaitu, ada sasaran, anggaran dan waktu.

"Tiga-tiganya tidak ada. Tidak ada perintah atasan, ini inisiatif pangdam, tidak ada anggaran dan sasaran," tegasnya.

Meski begitu, Moeldoko tak mempermasalahkan jika dirinya selalu dikaitkan dengan Operasi Sajadah. Sebab, sebagai anggota TNI, kata dia, harus bisa menerima segala risiko.

"Saya memiliki risiko tinggi, high risk high cost, buktinya saya dari pangdam, langsung jenderal bintang tiga," selorohnya sambil tertawa. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya