Risma, Walikota Paling Peduli Gizi Warga

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, membuka acara industri kreatif untuk pelajar SMA/SMK di Surabaya, Rabu, 28 Januari 2015.
Sumber :
  • Mohammad Zumrotul Abidin/Surabaya

VIVA.co.id - Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, dinyatakan sebagai kepala daerah yang peduli terhadap masalah gizi warganya.

Untuk itu, walikota terbaik ketiga dunia versi World Mayor Project (WMP) tersebut mendapat penghargaan oleh DPD Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Jawa Timur.

Penghargaan diserahkan oleh Ketua DPD Persagi Jatim, Andriyanto, bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional 2015 di Hotel Narita, Sabtu 28 Februari 2015.

Adapun, tema acara tahun ini adalah “Bersama Membangun Gizi, Menuju Bangsa Sehat Berprestasi”.

Dalam sambutannya, Andriantyo mengatakan, momen ini bukan semata-mata membagi-bagikan penghargaan kepada sejumlah tokoh. Namun, lebih dari itu, pihaknya ingin menggugah semangat seluruh lapisan masyarakat agar lebih sadar gizi.

Menurut dia, masalah gizi sudah menjelma menjadi problem kompleks di Jawa Timur.

“Ke depan, sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh faktor gizi,” terangnya.

Terkait terpilihnya figur Risma -sapaan Tri Rismaharini- sebagai penerima penghargaan, Andriyanto mengatakan, hal itu dikarenakan kesehatan masuk dalam program prioritas Kota Surabaya.

Salah satu contoh yang paling konkret, yakni inovasi program pendampingan bina keluarga gizi kurang maupun gizi buruk secara berkelanjutan.

Sementara itu, Risma memaknai permasalahan gizi sebagai tantangan yang harus ditangani bersama. Artinya, problem tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab dokter dan ahli gizi, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemerintah.

Dikatakan Risma, ketika berbicara tentang gizi, pemerintah kota kerap dihadapkan oleh kultur negatif yang masih dianut sebagian masyarakat. Kultur yang dimaksud adalah sikap meremehkan asupan gizi.

"Masih ada saja yang beranggapan toh kalau sakit akan dicover Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Nah, pemikiran seperti inilah yang harus diubah. Sebab, kalau seseorang sakit, akan menyebabkan tidak produktif. Artinya, seharusnya orang tuanya bisa bekerja, tapi karena anaknya sakit, terpaksa harus menjaga dan merawatnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, pentingnya kesadaran akan gizi juga harus ditangkap setiap keluarga di Indonesia.

"Karena ketika menghadapi persaingan global, anak-anak Indonesia tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara fisik dan emosional," tuturnya.

Ahok Sewot Jakarta Disebut Berantakan Dibanding Surabaya

Baca juga:



Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma.

Risma: Jerman Sumbang Rp1,5 Triliun untuk Bangun Trem

Sisanya, akan minta anggaran dari APBN.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016