Rumah Sakit NTT Angkat Tangan Operasi Bayi Tanpa Anus

Balita Tanpa Anus Batal Dioperasi meski Terdaftar BPJS
Sumber :
  • Tofik Koban/Sikka
VIVA.co.id
28 Orang Pegang Kartu BPJS Palsu di Koja
- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr TC Hillers Maumere di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), angkat tangan terhadap seorang bocah berusia di bawah lima tahun (balita) yang dahulu lahir tanpa anus.

Bayi Usus Terburai Ini Butuh Ditangani di NICU

Balita bernama Febrianti Gisela Putri sempat menjalani operasi untuk dibuatkan lubang anus di perut kirinya. Tetapi setahun kemudian muncul anus alami. Orang tuanya menginginkan tindakan operasi lagi untuk menutup anus buatan itu tetapi RSUD Dr TC Hillers Maumere tak sanggup.
Tersangka Pemalsu Kartu BPJS Bertambah


Menurut dr Wiyasa, dokter spesialis bedah di RSUD Dr TC Hillers Maumere, diperlukan serangkaian tindakan sebelum mengoperasi balita Febrianti. Di antaranya, diperlukan pemberian nutrisi khusus kepada Febrianti karena selama dua hari pascaoperasi dia harus puasa makan dan minum.


Masalahnya, kata dr Wiyasa, nutrisi itu tidak tersedia di RSUD Dr TC Hillers Maumere. Nutrisi itu hanya ada di rumah sakit besar yang memiliki fasilitas bedah anak, seperti di rumah sakit di Denpasar, Bali.


Masalah lain ialah pemberian nutrisi khusus melalui infus itu pun tak sembarangan, tidak seperti infus pada umumnya, karena harus lewat penasentral. Pasien dengan umur setahun sehabis operasi penutupan anus buatan seperti Febrianti wajib puasa paling sebentar dua hari.


Pada anak kecil, infus biasa saja gampang tersumbat dan tidak bertahan lama sehingga dibutuhkan penasentral dan tenaga medis khusus untuk memasangnya. Tenaga anestesi di Maumere pun jarang melakukan tindakan itu.


Soal lain bukan hanya terkait fasilitas tapi tim dokter. RSUD Dr TC Hillers Maumere tak memiliki tim dokter untuk melakukan tindakan operasi penutupan anus buatan dan tidak terlalu yakin mampu melakukan dengan baik untuk anak sekecil itu.


Kasus seperti itu, kata dr Wiyasa, pada dasarnya merupakan kasus yang biasa bagi dokter bedah, apalagi pasien dalam kondisi yang sangat baik. Tetapi RSUD terkendala berbagai persoalan seperti tak memiliki nutrisi khusus dan tim dokter yang kompeten.


Dia menjelaskan, operasi pembuatan anus buatan berbeda dengan operasi penutupan. Dalam operasi pembuatan anus, si bayi bisa minum susu setelah operasi dan tidak perlu puasa karena pembuangan sudah ada. Tapi kalau untuk operasi penutupan, bayi harus puasa 2x24 jam karena di dalam tubuhnya lebih banyak cairan sehingga jika tidak cukup nutrisi bisa berbahaya.


“Ini kasus yang bukan kasus emergency (darurat) tapi kasus yang sifatnya terencana sehingga pilihan terbaik harus kita pilih dengan membuat rujukan. Pasien harus ditangani dokter bedah anak sehingga penanganannya lebih khusus,” kata dr Wiyasa di Maumere, Kamis, 12 Maret 2015.


Sejauh ini belum ada tindakan atau rencana merujuk balita Febrianti ke rumah sakit yang lebih memadai. Orang tuanya masih berupaya mencari dana sumbangan untuk biaya operasi Febrianti.


Febrianti adalah anak pasangan Andreas Arya Yoga dan Agustina Veronika, warga Kelurahan Waioti, Kabupaten Sikka. Diberitakan sebelumnya bahwa tim dokter di rumah sakit setempat belum bersedia melakukan operasi. Mereka beralasan, tak ada infus makanan bagi pasien selama menjalani perawatan dan obat bius untuk prosedur pembedahan.


Pihak rumah sakit menyarankan Andreas dan Agustina membeli sendiri infus dan obat bius itu. Tetapi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan infus dan obat bius itu adalah Rumah Sakit Sanglah di Denpasar, Bali. Lagi pula, pasangan suami dan istri itu tak punya cukup uang untuk membeli.


Menurut Agustina, putrinya telah terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dia berniat memanfaatkan jaminan itu tetapi rumah sakit menolak. Dia telah pula menghubungi pihak BPJS Kesehatan tapi hingga kini belum ada jawaban.


Tofik Koban/Sikka


Baca juga:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya