Janda Munir Persoalkan Pelanggar HAM Jadi Calon Pemimpin NU

Nahdlatul Ulama. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Suciwati Munir menolak Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang juga seorang pelanggar Hak Asasi Manusia. Suciwati, istri pejuang HAM yang jadi korban pembunuhan pada 2004, Munir Said Thalib, berharap Muktamar NU bisa menghasilkan pemimpin yang memperjuangkan HAM.

Kisah Santri Surabaya Melawan Penjajah lewat Lagu

Suciwati khawatir, jika NU sebagai organisasi masyarakat yang besar di Indonesia nantinya dipimpin oleh sosok pelanggar HAM. Dia mempersoalkan salah satu kandidat ketua umum PB NU, yaitu As'ad Said Ali.

"Bangsa Indonesia harus melawan lupa. As'ad Said Ali salah satu yang terlibat pembunuhan Munir," kata Suciwati, Rabu, 5 Agustus 20115. 

Sosok As'ad saat ini termasuk di antara tiga kandidat yang berpeluang menjadi Ketua Umum PBNU di Muktamar itu. Sementara, dia diketahui menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara saat Munir tewas di pesawat ketika menuju Belanda, dalam penerbangan dari Singapura menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004.

As'ad saat itu menandatangi surat yang ditujukan pada Direktur Utama Garuda Indonesia. Surat tersebut meminta pilot Garuda, Pollycarpus BHP dimasukkan dalam internal security untuk menangkal bahaya terorisme.

Terungkap di pengadilan, Pollycarpus meracun Munir dengan arsenik. Munir meninggal dalam penerbangan dari Singapura menuju Amsterdam, Belanda, 7 September 2004. Pollycarpus dihukum 14 tahun penjara dan bebas bersyarat 24 November 2014.

"Soal surat As'ad yang lebih tahu Tim Pencari Fakta (TPF)," kata Suciwati.

Di arena Muktamar NU, selebaran surat yang ditandatangani As'ad tersebut, kini beredar di kalangan muktamirin. Selain selebaran surat, juga muncul meme yang beredar di dunia maya, bergambar As'ad Said Ali bertulis "Stop. Ora Pengen Wong NU Diinteli, Ora Pengen Kiai Dikadali, Ora Pengen NU Dikangkangi. Ojo Pilih Asad Ali."  (Tak ingin orang NU diawasi intel, tak pingin kiai dibohongi, tak ingin NU dikangkangi. Jangan pilih Asad Ali).

Saat ini, terdapat tiga kandidat Ketua Umum Pengurus Besar NU yang akan memperebutkan simpati muktamirin di arena Muktamar NU di Jombang. Mereka antara lain Said Aqil Siraj, Salahuddin Wahid (Gus Solah) dan As'ad Said Ali.

Dari tiga kandidat itu, Suciwati hanya menilai Said Aqil Siraj yang relatif bersih. Sebab, meski pernah menjadi Komisioner Komnas HAM, Gus Solah juga pernah berpasangan dengan Wiranto maju dalam pemilihan presiden 2004.

NU: Kemiskinan Mendekatkan pada Organisasi seperti Gafatar

"Wiranto salah satu yang diduga kuat pelanggar HAM," katanya.

Terkait sikapnya, Suciwati mengaku telah berkirim pesan pendek ke pejabat Rais Aam Mustofa Bisri dan berpesan agar para muktamirin tak melupakan kasus pelanggaran HAM. Namun, keputusan diserahkan kepada muktamirin dalam menentukan pemimpinnya.

"Jangan kotori Muktamar NU yang luar biasa ini, agar ke depan NU tetap bersih. Jangan libatkan orang bermasalah," ujar Suci.

Gus Mus, panggilan karib Mustofa Bisri, menurutnya belum menjawab atau merespon pesan pendeknya karena kesibukan di Muktamar. Suciwati secara emosional cukup dekat dengan Gus Mus.

Sebulan lalu Suciwati mampir ke pesantren Gus Mus setelah aksi menolak tambang di Rembang. Dia juga mengingat karya Gus Mus yang didedikasikan khusus untuk peringatan kematian Munir sebelumnya.

"Peringatan 100 hari kematian Munir, Gus Mus menulis puisi berjudul Munir," tutur dia. (ren)

NU: Potensi Konflik Tanjungbalai Sudah Lama, Telat Dicegah

NU: Potensi Konflik Tanjungbalai Sudah Lama, Telat Dicegah

Kerusuhan itu sebagai akibat akumulasi kekecewaan.

img_title
VIVA.co.id
1 Agustus 2016