Jateng Uji Coba Pertanian Berbasis Aplikasi Ponsel Pintar

Ilustrasi membajak sawah dengan mesin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Jawa Tengah menguji coba sistem pertanian modern yang, di antaranya, memanfaatkan aplikasi dan layanan berbasis teknologi informasi dan terintegrasi dengan ponsel pintar (smartphone).
Politikus PKS: Google Ingin Kaburkan Teritori Palestina

Modernisasi sistem pertanian itu diluncurkan di Desa Towangsan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan pemerintah Belanda dan perusahaan swasta, di antaranya, ICI South East Asia & Pasific Belanda dan VECO Belgia.
Indonesia Peringkat Pertama Statistik Pertanian ASEAN

Modernisasi sistem pertanian meliputi, antara lain, efisiensi pembelian benih dan penggunaan pupuk, penerapan teknologi dan mekanisasi pertanian, peningkatan kualitas dan jumlah produksi padi, sampai tahap pemasaran.
Kini Ada Fitur Ride Sharing di Google Maps

"Program ini tidak hanya mengajari cara bertani secara modern, tapi juga mengawal hingga tingkat pemasaran," kata Fadlil Kirom, Ketua Yayasan Jawa Tengah Berdikari sebagai pelaksana program itu, di Klaten, Rabu, 18 November 2015.

Fungsi ponsel pintar dalam sistem itu sebagai pusat data dan informasi yang berbasis gabungan kelompok tani (gapoktan). Ada 10 ribu keluarga petani anggota 58 gapoktan di 29 kabupaten di Jawa Tengah yang dilibatkan dalam program itu.

Secara teknis, tiap-tiap gapoktan akan memasukkan koordinat lahan mereka ke Google Map (jasa peta global virtual yang dikembangkan Google). Data dan informasi itu memuat identitas petani, luas lahan, kondisi tanah dan cuaca, kebutuhan pupuk, jumlah produksi, dan lain-lain.

Sistem teknologi informasi itu, pada pokoknya agar teknis pemasaran hasil pertanian bisa lebih efektif dan cepat. Para calon pembeli atau konsumen bisa langsung mendapatkan informasi detail tentang pertanian di daerah itu. Melalui program itu, pendapatan petani ditargetkan meningkat 30 persen dari hasil sebelumnya.

Didanai Belanda 

Program itu sebenarnya adalah bagian dari upaya mencapai target swasembada beras nasional. Pada tahap awal melibatkan dan bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Belanda bahkan memberikan subsidi dana program itu hingga 49 persen dari total dana yang mencapai 1,9 juta Euro.

Untuk pendampingan teknis pemasaran dan pendanaan, melibatkan Badan Ketahanan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Bank Jateng. Sedangkan PT Unggul Niaga Selaras sebagai penyedia benih dan pupuk, serta PT Smart Berdikari untuk pemasaran padi.

Dewan Pengarah Program, Witoro, menjelaskan bahwa program yang berlangsung 4,5 tahun itu adalah rintisan model pertanian nasional. Sistem yang kali pertama diterapkan di Indonesia baru melibatkan empat gapoktan pada empat bulan pertama. Meliputi Gapoktan Klaten, Gapoktan Karanganyar, Gapoktan Boyolali, dan Gapoktan Sukoharjo.

"Kami targetkan 58 gapoktan sudah terlaksana semua di akhir program nanti. Jika ini berhasil, Jateng akan jadi model percontohan nasional," kata Witoro.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berkesempatan memimpin tanam padi bersama menggunakan mesin penanam padi (transplanter) dalam peluncuran program itu. Ia berharap para petani di Jateng secara perlahan menuju pertanian modern secara organik dan hamparan.

"Saya juga ingin ada lembaga penjamin sehingga kalau gagal panen tidak ada lagi petani jatuh miskin. Harapannya, produksi beras dan kesejahteraan petani meningkat," kata Gubernur. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya