Miris, Atlet Penyumbang Emas Jadi Tukang Sapu Taman

Ni Putu Renika Sari, atlet panjat tebing yang menjadi tukang sapu.
Sumber :
  • Bobby Andalan

VIVA.co.id - Ni Putu Renika Sari (25) sejatinya adalah pahlawan bagi Provinsi Bali, khususnya Kabupaten Jembrana. Pada usianya yang relatif muda, Renika mampu menorehkan prestasi gemilang. Ia menyumbang medali emas tingkat Asia pada kejuaraan Asia Youth Cup tahun 2009 untuk olahraga panjat tebing.

Kata Pelatih PSS Soal Drama 3 Penalti dan Kartu Merah Saat Lawan Persik

Selain medali emas, Renita juga menyumbangkan medali perunggu pada kejuaraan yang sama. Kala itu ia mewakili Kabupaten Jembrana.

Tapi nasibnya tak sebaik prestasinya, kini Renita menjadi tukang sapu taman Gedung Kesenian Bung Karno milik Pemkab Jembrana. Meski begitu, perempuan berparas ayu itu tak malu melakoninya. Renita justru bersyukur atas apa yang kini dijalaninya.

Apple Bagi-bagi Undangan

"Meski hanya sebagai tukang sapu taman, saya sangat bersyukur diberikan pekerjaan oleh Pemkab Jembrana," kata Renita, Minggu 27 Desember 2015.

Ia beralasan, rekannya sesama altet berprestasi lainnya malah minim perhatian. Menurutnya, banyak mantan atlet yang hingga kini hidupnya terlunta-lunta.

"Banyak mantan atlet berprestasi lainnya belum punya pekerjaan," kata Renika.

Ramalan Prabowo "PKB akan Hadir Kembali" Segera Terwujud, Menurut Pengamat

Ia mengaku diberikan pekerjaan sebagai tukang sapu taman dengan status tenaga kontrak sejak tahun lalu. Tiap bulannya Renika mengantongi Rp999 ribu sebagai honornya menyampu taman pagi dan sore.

Sebelumnya dia bekerja sebagai tenaga serabutan yang penghasilannya tidak lebih Rp50 ribu per hari. Renita mengaku penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan ia dan orangtuanya.

"Cukuplah untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan ibu," kata alumni SMA Negeri 1 Negara yang tinggal bersama ibunya dan numpang di rumah milik neneknya.

Ia bercerita, ibunya yang bernama Ni Luh Sukermi merupakan penjual canang (bunga sarana persembahyangan umat Hindu). Sebagai penjual canang, penghasilan ibunya tentu tak seberapa. Uang didapat Renita dari hasil menyapu menjadi harapan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Meski bekerja pagi dan sore hari, Renita hingga kini masih menekuni olahraga yang menorehkan namanya di tingkat Asia tersebut. Ia masih fokus berlatih panjat tebing di sela aktivitasnya menyapu.

Selesai menyapu, tiap Senin-Jumat ia bergegas pergi ke Stadion Pecangakan Jembrana untuk berlatih. Waktu latihan lumayan lama, sejak pukul 16.00 hingga 21.00 WITA.

Jika ada pertandingan ke luar daerah, sang ibu bersedia menggantikannya menyapu taman. Renita kembali menegaskan, dia tak malu melakoni pekerjaannya.

"Saya tidak malu. Saya mendapat bonus saat mendapatkan medali saja," ujar Renita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya