Nazir Foead Resmi Pimpin Badan Restorasi Gambut

Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ Yudhi Mahatma.
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Aktivis lingkungan, Nazir Foead, resmi memimpin Badan Restorasi Gambut (BRG), setelah diambil sumpahnya oleh Presiden Joko Widodo, di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 20 Januari 2016.

'Restorasi Gambut di Kawasan Budidaya Perlu Dikaji'
Pengangkatan Nazir, dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 3M tahun 2016 tentang Pengangkatan Kepala Badan Restorasi Gambut, tertanggal, 18 Januari 2016.

BNPB Deteksi Peningkatan 151 Hotspot Kebakaran Hutan
Sebelumnya, Jokowi yakin BRG akan lebih baik di tangan Nazir, yang juga alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM).

"Saya memandang Nazir Foead memiliki kompetensi, pengalaman dalam melakukan restorasi hutan dan gambut. Terutama, kemampuan untuk koordinasikan dengan kementerian/lembaga dan jejaring lembaga internasional," kata Jokowi, dalam keterangan persnya di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 13 Januari 2016 lalu.

Siapa sebenarnya sosok Nazir Foead, yang dipercaya oleh mantan Wali Kota Solo itu untuk memimpin badan yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden ini?

Dari biodata yang diserahkan ke pihak Istana, pria kelahiran Medan, 6 Juni 1967 itu merupakan lulusan Strata 1, pada Fakultas Kehutanan bidang konservasi sumber daya alam di UGM.

Nazir adalah adik kelas Presiden Jokowi di universitas dan fakultas yang sama. Jokowi masuk UGM Fakultas Kehutanan tahun 1980 dan selesai 1985, sedangkan Nazir masuk pada 1985 dan lulus tahun 1992. Dia menyelesaikan kuliah selama tujuh tahun, karena saat kuliah sudah aktif di WWF-Indonesia.

Pada 1995, Nazir aktif di The Netherlands Forestry Ministry, dan di tahun yang sama, menimba ilmu di University of Gottingen, Jerman.

Pada tahun 1995 hingga 1996, Nazir belajar di Durrel Institute of Conservation and Ecologi di University of Kent, United Kingdom. Selanjutnya pada 1997, belajar di Indiana University, AS, kemudian tahun 1998, di Smithsonian Institute, AS.

Pada 1992, Nazir bekerja di Yayasan WWF Indonesia. Dari 1992 hingga 1995, dia pernah menjadi Manager Stasiun Riset Kayan Menterang yang betugas mengkoordinasikan kegiatan riset WWF, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Departemen Kehutanan di Cagar Alam Kayan Menterang, Kalimantan Timur.

Setelah itu, dia juga dipercaya menjadi Project Manager Ujung Kulon pada 1997-2001, Deputi Direktur Konservasi Spesies 2000-2001, Direktor Region Sumatera-Jawa WWF tahun 2001-2003, dan Direktur Konservasi Species tahun 2003-2006. Lalu, menjadi Direktur Bidang Kebijakan dari 2006 hingga 2011.

Pada tahun 2011 sampai dengan 2014, di Yayasan WWF Indonesia tersebut dia dipercaya menjadi Direktur Konservasi. Dari situ, sejak 2014 hingga sekarang dia bergabung dengan Climate and Land Use Alliance (CLUA), sebagai Pimpinan Program Indonesia.

"Saya berlatar belakang kerja banyak di NGO, LSM. Dua tahun terakhir, saya banyak bekerja di lembaga donor. Lembaga donor tidak langsung kerja, tetapi beri dana untuk NGO, bekerja, perguruan tinggi, kelompok masyarakat dan masyarakat adat. Sebelum itu, saya bekerja lama sekali di WWF Indonesia," kata Nazir, dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 13 Januari 2016.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya