Bupati Purwakarta Pikul 50 Kg Beras Buat Warga Miskin

Sumber :
  • Jay Bramena/ VIVA.co.id

VIVA.co.id - Mendapatkan pesan singkat dari masyarakat yang mengaku tidak memiliki bahan makanan pokok. Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi tak segan untuk mendatangi rumah warganya itu. Di kampung Panenjoan, Desa Salam Mulya, Kecamatan Pondok Salam, Dedi datang memikul sekarung beras tanpa dibantu bawahannya.

Negara Ini Berdasarkan Konstitusi
Dengan kondisi bercucuran keringat, setibanya di rumah pasangan Uris dan Karsem itu, Dedi langsung menyerahkan beras seberat 50 Kilogram itu.
 
Punya Wisata Andalan, Purwakarta Targetkan 3 Juta Wisatawan
"Saya terima SMS bahwa ada warga yang tidak punya beras untuk memasak, maka langsung saya siapkan beras untuk kebutuhan mereka," kata Dedi di kampung Panenjoan, Selasa 2 Februari 2016.
 
Bupati Purwakarta: Patung Wanita Telanjang Silakan Dibakar
Dedi menerima SMS tersebut ketika hari sudah malam, dan ia langsung meminta stafnya menyediakan beras. "Saya terima laporan, dan langsung siapkan beras untuk kebutuhan mereka," jelas Dedi.
 
Sementara, Uris dan isterinya Karsem, tinggal di gubuk berukuran 3x5 meter, berdinding bilik dan berlantaikan tanah. Rumah tersebut, juga ditempati dua anak pasangan itu, yaitu Dedeh (28), dan Abidin (23), serta cucu mereka. Adalah Abidin yang mengadukan masalah mereka kepada Dedi via SMS. 
 
"Kemarin saya inisiatif SMS ke nomor SMS center pak Bupati dan alhamdulillah direspons langsung," tutur anak Uris, Abidin.
 
Saat bertemu Dedi, Uris menceritakan kesulitannya mencari nafkah untuk keluarga, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kini, seluruh harta bendanya sudah habis terjual.
 
"Kondisinya semakin parah setelah anak saya Abidin di-PHK, dan Dedeh ditinggal suaminya meninggal," kata Uris menceritakan kesusahannya pada Bupati Dedi.
 
Menanggapi masalah warganya ini, Dedi berjanji akan membantu keluarga tersebut.
 
Dedi juga menuturkan bahwa laporan melalui SMS center ini adalah jembatan dirinya agar bisa berkomunikasi secara langsung dengan warganya. Kejadian serupa bukan kali pertama terjadi, sejak pertama kali menjabat sebagai Bupati Purwakarta layanan ini sudah ia buka. Terkadang, ia juga mendapati permintaan yang lucu dan unik dari warganya.
 
"Itu upaya kita dalam menampung aspirasi dan keluhan masyarakat, dibuka pertama kali saya menjabat ketika tahun 2008. Bukan hanya keluhan, bahkan hingga masyarakat yang meminta nama anak untuk bayinya ada," ungkap Dedi.
 
Galakan Kembali Perelek
 
Sebagai solusi dari masalah warga, seperti yang terjadi pada keluarga Uris, Dedi menggalakan kembali kegiatan perelek. Program ini di dalamnya terdapat subsidi silang antara warga mampu, dengan mereka yang kurang mampu.
 
Dedi menjelaskan, program itu akan dijalankan semua masyarakat Purwakarta, dengan menyisihkan beras sebanyak seperempat ‎gelas per hari, atau sekitar satu liter setiap minggunya.
 
Beras yang disisihkan itu, nantinya akan diambil ketua RT atau Perlindungan Masyarakat (Linmas) setempat. Selanjutnya, para pengepul beras akan melaporkan jumlah beras yang terkumpul pada program E-Pabeasan yang terpusat ke situs resmi Pemkab Purwakarta. 
 
"Melalui E-Pabeasan bisa terlihat mana daerah yang minim memberikan beras. Kemungkinan di situ ada yang membutuhkan subsidi beras. Nanti di cek, dan beras yang terkumpul disalurkan ke sana," ungkap Dedi.
 
Jika nantinya kebutuhan masyarakat terhadap beras sudah terpenuhi maka beras yang dikumpulkan akan dijual. Sementara hasil penjualan beras tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti kelengkapan pos rw, pos ronda, atau pun aset lainnya. 
 
"Atau kita juga bisa memberikan pada masyarakat di luar Purwakarta. Bisa itu karena mereka kekurangan beras atau pun masyarakat yang terkena musibah," ujar Dedi.
 
Dalam kehidupan masyarakat Sunda, perelek merupakan kegiatan mengumpulkan beras yang dilakukan masyarakat di setiap rumah, dengan menggunakan tempat penampungan tertentu. Nantinya beras tersebut dikumpulkan untuk kegiatan masak saat ronda, hajatan,‎ atau pun orang meninggal. 
 
Perelek sendiri biasa digunakan sebagai bahasa kiasan saat seseorang menuangkan beras dalam tempat untuk menampungnya. Saat memasukkan beras ke dalam tempat penampungan yang biasa terbuat dari bambu itu biasa terdengar suara 'plerek plerek' sehingga disebut beras perelek. 
 
Sementara E-Pabeasan dalam bahasa Indonesia berarti sebuah sistem elektronik yang menunjukkan data, mengenai ketersediaan beras dari kegiatan perelek. Kata pabeasan sendiri adalah bahasa Sunda untuk perberasan.
 
Laporan: Jay Bramena
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya