- VIVA.co.id/D.A.Pitaloka
VIVA.co.id - Menjelang imlek, Klenteng Ang An Kiong melangsungkan upacara keagamaan Kong Hu Cu, Shung Sen. Upacara tersebut menandai bahwa imlek akan tiba sepekan lagi. Ratusan patung dewa yang ada di dalam kelenteng dibersihkan dan dicuci.
Upacara Shung Sen diawali dengan sembahyang di depan altar utama, yaitu altar Dewa Bumi dilanjutkan melakukan ibadah ke 24 altar dewa lain di kelenteng yang berdiri sejak tahun 1825 itu.
"Sembahyang ini sekaligus menghantar kepergian dewa ke langit. Kami mempercayai para dewa ke langit membawa doa dan kebaikan bagi kami, umatnya kepada Tuhan,” kata Bonsu Anton Tryono, rohaniwan Kong Hu Cu dari Kelenteng Eng An Kiong di Kota Malang, Selasa, 2 Februari 2016.
Saat para dewa berangkat ke langit, umat Kong Hu Cu pun membersihkan ratusan rupang atau patung dewa yang berada di Klenteng. Umat Kong Hu Cu harus melakukan sejumlah pantangan sebelum membersihkan patung dewa, di antaranya adalah berpantang makan daging selama dua hari terakhir sebagai upaya untuk membersihkan diri sebelum membersihkan rupang.
Pembersihan menggunakan air bunga. "Daging hewan itu melambangkan nafsu, maka diri kita harus suci dulu sebelum menyucikan patung dewa,” katanya.
Ibadah Shung Sen akan diikuti dengan Cik Sen atau menjemput para dewa turun ke bumi setelah dari langit. Upacara itu akan dilakukan pada hari ke empat setelah imlek. Ibadah Cik Sen dilakukan agar para dewa merestui berbagai doa dan rencana umatnya selama satu tahun ke depan.
Kelenteng Eng An Kiong yang berada di Jalan RE. Martadinata Kota Malang menempatkan Dewa Bumi sebagai dewa utamanya. Nama kelenteng tertua di Kota Malang itu masing-masing memiliki arti Eng yaitu abadi, An artinya keselamatan dan Kiong adalah Istana. Kelenteng Eng An Kiong berarti Istana Keselamatan yang Abadi.
"Itu mengapa kami menempatkan Dewa Bumi sebagai dewa utama, bahwa Bumi senantiasa menjadi sumber keselamatan abadi bagi kami."
(mus)