Wapres Tak Yakin Ada Pembantaian Massal 1965

Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/OIC-ES2016/Wisnu Widiantoro/pras/par/16.

VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan, pemerintah tidak akan meminta maaf pada tragedi 1965. Apalagi disebut adanya pembantaian massal.

'Dongeng' Penegakan HAM

Itu dikatakan Kalla, usai melakukan pertemuan tertutup dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, di kantornya, Rabu 20 April 2016. Luhut enggan memberi keterangan dengan alasan ada agenda lain.

Ia menjelaskan, tidak ada pihak yang harus meminta maaf. Apalagi tuntutan agar negara yang meminta maaf. Sebab, kata Kalla, negara adalah korban pertama dari tragedi 1965 dengan jatuhnya lima jenderal yang kini diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Tragedi 65, Komnas HAM Kurang Pasang Badan

"Ini kan masalahnya adanya perbedaan data yang mengatakan ada ratusan ribu. Kalau ratusan ribu di mana itu? Tidak ada yang bisa menunjukkan. Kalau ratusan ribu kan pasti banyak kuburan massal, nggak ada yang bisa menunjukkan. Berarti kita tidak seperti itu," ujar Kalla, di kantornya, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis 20 April 2016.

Dia yakin, kabar soal banyaknya korban seperti yang beredar di kampungnya yakni Makassar, ternyata tidak ada. Bahkan di Makassar, kata Kalla, hanya satu orang.

Korban 65 Serahkan Bukti Kuburan Massal ke Komnas HAM

"Kalau di Makassar ya, bukan di Jawa, seingat saya di Makassar cuma satu orang korban. Di Bone kampung saya banyak, 25, tapi di penjara. Berkelahi di penjara," ucap mantan ketua umum DPP Golkar itu.

Ilustrasi seorang di penjara.

Aktivis KNPI Kenang Sosok Isa Hasanda, Pelukis Lekra Tapol Orde Baru

Wasekjen DPP KNPI, Muhammad Natsir, mengenang sosok Isa Hasanda, pelukis pendiri Sanggar Bumi Tarung.

img_title
VIVA.co.id
19 September 2021