PHK Picu Kenaikan Penderita Gizi Buruk

Ilustrasi/Potret kemiskinan di Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA.co.id – Pemerintah kota Malang Jawa Timur memprediksi akan ada kenaikan balita penderita gizi buruk di wilayah ini. Penyebabnya, selain karena pertambahan penduduk, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ikut menyumbang kenaikan.

Terpopuler: Tips Cegah Penyakit Menular Seksual Hingga Beda Stunting dan Gizi Buruk

Tahun lalu, di Kota Malang terdapat 333 kasus kekurangan gizi dan 100 diantaranya adalah gizi buruk. Riset menunjukkan 65 persen di antaranya disebabkan oleh kemiskinan.

Dan kini di sepanjang 2016, jumlah penderita gizi buruk sudah mendapai 28 kasus. "Jumlah kasus gizi buruk tahun ini kami prediksi meningkat, karena pertambahan penduduk dan juga banyaknya pemutusan hubungan kerja,” kata Toni Sukarno, Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Malang, Jumat 22 April 2016.

Ramai Jadi Perbincangan di Debat Capres, Pahami Beda Stunting dan Gizi Buruk

Di Kota Malang, selama ini tidak seluruh orang tua untuk memeriksakan kondisi gizi anaknya. Sebab itu, kini diterjunkan 7.171 kader kesehatan untuk membantu 'menjemput bola' warga yang mengalami masalah kesehatan.

"Tahun ini ditargetkan ada 162 balita yang terkover. Kami juga sudah mengangarkan dana sebesar Rp700 juta untuk penanganan gizi buruk," kata Toni.

Pemerintah Fokuskan Pencegahan Stunting di Tiga Wilayah Ini

Kurangnya pengetahuan

Masalah lainnya dalam menangani gizi buruk adalah ketidaktahuan masyarakat. Beberapa warga cenderung protektif bila anaknya disebut kurang gizi.

"Kadang ada yang marah karena anaknya disebut kurang gizi. Faktanya anaknya makan nasi dengan lahap dan sering jajan. Setelah diperiksa ternyata asupan nutrisi lain kurang. Anaknya hanya banyak mendapat karbohidrat,” katanya.

Pada kasus kurangnya pengetahuan dan kemiskinan, balita sering makan nasi dengan lauk lain seperti menu orang dewasa. “Misalnya makan nasi dengan rawon ya hanya kuahnya saja, nasi dengan bakso hanya kuahnya saja. Tak ada isinya karena keluarganya banyak dan faktor kemiskinan,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya