Gajah Sumatera Lahir di Taman Nasional Tesso Nilo

Anak Gajah
Sumber :
  • doc. Corbis

VIVA.co.id – Kabar gembira datang dari Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Riau. Menjelang peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, lahir seekor anak gajah betina pada 1 Juni 2016 lalu. Anak gajah ini merupakan anak ketiga dari induk gajah Lisa. 

100 Gajah Mati di Taman Nasional Zimbabwe, Diperkirakan Akan Semakin Bertambah Gegara Ini

Dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Minggu 5 Juni 2016, Kepala Balai TNTN, Darmanto, sangat gembira atas lahirnya bayi gajah di Taman Nasional Tesso Nilo. “Ini menyiratkan harapan baru untuk konservasi gajah agar semua pihak lebih berperan aktif untuk perlindungan spesies langka ini dan habitatnya." 

Dia menambahkan, "Taman Nasional Tesso Nilo merupakan habitat gajah dengan jumlah populasi terbesar di Riau, yakni sekitar 150 ekor gajah liar. Ini harus menjadi kebanggaan masyarakat Riau dan kita bersama agar dapat mempertahankan keberlangsungan populasi gajah tersebut di alam."

Viral Video Gajah Jenguk Tuannya Sedang Terbaring di Rumah Sakit, Warganet: Hewan Aja Punya Perasaan

Darmanto berharap anak gajah ini dapat tumbuh sehat dan membawa perhatian masyarakat dan pemerintah, untuk lebih nyata mendukung perlindungan Tesso Nilo. 

“Kami berharap Pemerintah Kabupaten Pelalawan dan Provinsi Riau turut mendukung upaya konservasi dan pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekologi di  sekitar TNTN,” tambahnya.

Gajah ‘Paling Kesepian Di dunia’ Meninggal di Usia 50 Tahun

Pasca proses kelahiran, pemeriksaan kesehatan dan perawatan terhadap Lisa dan bayinya terus dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan dari BBKSDA Riau, WWF dan para mahout atau perawat gajah. 

Rini Deswita dokter hewan dari BBKSDA Riau menyatakan, ”Kami telah melakukan pemeriksaan dan kedua gajah ini dalam keadaan sehat. Kami akan terus melakukan pemantauan perkembangan keduanya.” Hal ini membuat Lisa untuk sementara watku tidak bisa ikut serta menjalankan tugasnya sebagai anggota Elephant Flying Squad, dalam upaya penanganan gangguan gajah.

Elephant Flying Squad terdiri dari delapan perawat gajah dan empat ekor gajah terlatih kerjasama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Balai TNTN dan WWF-Indonesia. Tim ini bertugas melakukan penanganan konflik manusia-gajah dengan menggunakan gajah terlatih untuk melakukan patroli, dan penggiringan gajah liar kembali ke kawasan hutan. 

Sementara itu, Wishnu Sukmantoro, Manajer Program WWF Sumatera Tengah menyatakan, “Dengan kelahiran ini, tim Flying Squad kini memiliki tiga anak gajah yang terdiri dari dua jantan dan satu betina. Kami bersama otoritas terkait akan terus meningkatkan upaya perawatan yang maksimal kepada anak-anak gajah ini agar dapat tumbuh dengan baik.” 

Menurutnya, "selain melakukan upaya mitigasi, keberadaan gajah-gajah Flying Squad dapat menjadi sarana edukasi kepada masyarakat untuk mengenal ekologi gajah Sumatera."

Sementara gajah dewasa di tim Flying Squad memiliki tugas pokok untuk penanganan konflik, tiga ekor anak gajah dapat mendukung upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gajah Sumatera. Lewat cara memastikan gajah selalu berada dalam kawasan hutan yang menjadi habitat asli mereka, sehingga risiko perburuan terhadap mereka dapat ditekan. 

Menurut Wishnu hingga saat ini perburuan dan perdagangan ilegal bagian tubuh gajah masih cukup marak, tak hanya di Indonesia, karena itu Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini mengangkat tema “Zero Tolerance for Illegal Wildlife Trade”. WWF mengajak semua pihak aktif menghentikan dan melaporkan kejadian perdagangan satwa liar khususnya yang masuk dalam daftar dilindungi.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya