Puluhan Model di Manado Jadi Korban Fotografer Cabul

Kepala Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Sulut, Erny Tumundo (kanan) dan
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Agustinus Hari.

VIVA.co.id – Sulawesi Utara tengah darurat kasus kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Kasus demi kasus terus bermunculan. Menurut data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sulawesi Utara, Januari 2015 hingga Mei 2016, sedikitnya 350 kasus kekerasan pada perempuan.

Viral Sopir Taksi Online Raba-raba Penumpang Wanita

Sebanyak 77 persen di antaranya korban kekerasan seksual. Sisanya, kekerasan fisik dan penelantaran. Mengapa darurat? Dari 268 kasus perkosaan, 207 korban ialah anak-anak dan remaja (6-18 tahun).

Kasus pelecehan yang baru-baru ini terbongkar ternyata dialami puluhan model cantik, yang masih duduk di bangku SMP dan SMA di Manado. Pelakunya adalah seorang fotografer lepas di Manado. Korban dipotret tanpa busana setelah diberi obat bius.

Ajang JDM Funday Mandalika 2024 Bukan Sekadar Balapan Mobil Jepang

"Kalau foto telanjang ini fenomenanya sudah dua tahun terakhir di Manado. Tapi kalau pakai obat bius baru dua bulan ini. Istilah para pegiat foto untuk foto telanjang disebut foto kalangan terbatas. Tidak ada yang tahu hanya orang-orang tertentu termasuk si gadis dan tukang foto," ujar Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sulut, Erny Tumundo, kepada wartawan, Jumat, 17 Juni 2016.

Jadi modusnya, menurut Erni, para gadis itu saat sesi foto tiba-tiba disuguhkan minuman atau permen yang telah dicampur obat bius.

Kemenag Pastikan 75.572 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

"Bayangkan saja, para korban setelah terkena obat bius, diyakini pasti ada kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami mereka," katanya.

Beberapa waktu lalu, petugas keamanan di suatu perumahan elite Manado memergoki seorang remaja dalam kondisi telanjang bersama seorang fotografer. Si fotografer itu hanya ditegur agar jangan mengulang perbuatan itu.

"Rupanya dari kejadian itu, kasus yang sama mulai terbuka lebar. Para korban mulai mengaku dalam pemotretan diberikan obat bius," ujar Erny.

Salah satu solusi agar aktivitas ini tidak semakin berkembang, lanjut Erny, rencananya Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sulut bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Sulut membuat program Kelompok Peduli Sahabat yang nantinya akan masuk ke sekolah-sekolah khususnya SMA/SMK di Manado, Bitung, Tomohon dan Minahasa Utara.

"Kita harus secepatnya menghentikan modus melakukan tindak pelecehan seksual melalui para fotografer bejat ini dengan memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah," katanya.

Aktivis Perempuan Sulut, Jull Takaliuang, mengatakan jika melihat kasus itu, pertama ada tindakan eksploitasi seksual yang dilakukan para oknum fotografer tersebut. Kemudian, memberikan obat bius, itu tidak dibenarkan oleh hukum.

"Kalau sudah kena bius dipastikan ada tindak kekerasan yang dialami para korban," ujarnya.

Dia menambahkan, sekarang kuncinya para korban harus dikuatkan sehingga berani mengungkap kasus tersebut hingga bisa dibawa ke ranah hukum.

"Kita tidak boleh membiarkan kasus ini terus terjadi dan menambah banyak korban. Harus dilaporkan ke polisi agar ada efek jera," kata Jull.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya