Tito: Tewasnya Santoso Akan Ganggu Psikis Kelompok Radikal

Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius
Sumber :
  • VIVA.co.id / Agus Rahmat

VIVA.co.id –  Tewasnya gembong teroris pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah, dalam kontak senjata dengan aparat Satgas Operasi Tinombala di Desa Tambarana Poso Pesisir Utara, disinyalir akan berpengaruh pada psikis kelompok radikal di Indonesia.

2 Anggota MIT Poso Tewas Usai Baku Tembak, Salah Satunya Anak Santoso

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, Santoso merupakan figur open resistance atau simbol dan pimpinan perlawanan terbuka bagi kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. “Mengapa operasi ini penting dan Santoso ini penting? Karena dalam jaringan terorisme Indonesia mereka selalu membuat konsep yang namanya Qoidah Aminah atau save base,” ujar Tito Karnavian di Palu, Rabu, 20 Juli 2016.

Menurut Tito, Poso adalah tempat yang aman karena bekas konflik dan banyak warga muslim yang masih terluka sehingga banyak yang menyambut mereka. Alasan lain kata Tito, karena wilayah Poso dianggap sangat ideal untuk perang gerilya karena masih banyak hutan dan bergunung-gunung. Serta, wilayah Poso sangat terpencil karena jauh dari Jakarta dan jauh dari radar pemerintah pusat.

Mahfud Md Klaim Pemerintah Jamin Keamanan Warga Sigi

“Sehingga dari tahun 2000 pasca konflik (Poso) ini sudah akan dijadikan Qoidah Aminah oleh kelompok Al Jamaah Islamiyah. Kemudian pada saat ISIS muncul, ini (Poso)  juga akan dijadikan Qoidah Aminah untuk menjadi save base pertama jaringan ini,” ujarnya menerangkan.

Rencana membuat Qoidah Aminah itulah yang membuat sel-sel yang  berada di Jawa, Sulawesi, Sumatera dan NTB menumpuk di Poso. “Operasi ini kami anggap penting karena Santoso dianggap figur open resistance perlawanan terhadap pemerintah. Dengan dipatahkannya Santoso kemudian figur itu menjadi hilang dan rencana menjadi Qoidah Aminah ini menjadi gagal,” kata Tito.

Anak Mendiang Teroris Santoso Bergabung ke Kelompok Ali Kalora

Secara otomatis sel-sel ini akan menjadi disorientasi dalam strategi membentuk jaringan terorisme di Indonesia. Ini juga yang membuat kelompok-kelompok radikal di Indonesia mengalami kejutan psikis. Dengan tewasnya Santoso ini kata Tito, belum mengakhiri jaringan  terorisme di wilayah Indonesia.  Masih ada jaringan-jaringan di daerah lain yang kini kehilangan disorientasi akibat gagalnya Qoidah Aminah. Kapolri tidak membantah kemungkinan sisa kelompok Santoso ini akan bergabung dengan sel-sel lain di sejumlah daerah.

(mus)

VIVA Militer: Brigjen TNI Farid Makruf

Jenderal Berdarah Kopassus TNI Masuki Hutan Sarang Penggorok 2 Polisi

Dia berjalan kaki di medan yang sulit.

img_title
VIVA.co.id
19 Juli 2021