Keluarga Yakin Ada Dalang Lain di Balik Teror Bom Medan

Anggota Brimob Polri melakukan penjagaan di halaman Gereja Katolik Stasi Santo Yosep pascaperistiwa teror bom di gereja tersebut di Medan, Sumatra Utara, Minggu (28/8/2016)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

VIVA.co.id – Keluarga IAH (17 tahun), pelaku  aksi teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph di Medan meminta kepada polisi untuk mengungkap dalang di balik teror tersebut.

Densus Ambil Alih Penyidikan Teror Bom Gereja di Medan

Hal itu, diungkapkan ayah IAH, H Makmur Hasugian. Dia mengatakan, bahwa anaknya tersebut, tidak mungkin nekat melakukan aksi teror tanpa ada yang komandoi dan menyeruh pelaku untuk melakukan aksi tersebut.

"Karena anak saya ini masih di bawah umur. Pastinya, ada orang-orang tertentu mempengaruhi, mengajari, begini-begono. Kebutuhanmu kupenuhi asal kau lakukan begini, dilakukan yang begitu, apa nggak jadi korban anak saya ini? Jadi anak saya ini sekarang korban, bukan pelaku kejahatan. Anak saya ini korban," kata Makmur, Senin, 30 Agutus 2016.

Densus 88 Bawa Pelaku Teror Medan ke Jakarta

Makmur menilai, anaknya menjadi korban dari sebuah kelompok radikal di Kota Medan, yang sudah melakukan doktrin dan mencuci otak IAH, sehingga mudah dipengaruhi untuk melakukan aksi teror bom tersebut.

"Saya jengguk anak saya di Polresta Medan, muka sudah macam tape (remuk) saya sangat sedih melihat dan saya menguntuk siapa orang mencuci otaknya itu. Itu harus dikipas (ditangkap) oleh polisi," ujarnya menegaskan.

Pelaku Teror Bom Gereja Sejak Kecil Ingin Buat Robot

Dia tidak mengetahui dan tidak perubahan sikap dari anak ketiga dari tiga bersaudara itu. Makmur mengenal anaknya rajin menjalani ibadah sehari-hari dan baik. "Tidak ada, tidak pernah ada orang bertamu ke rumah ini," ungkapnya.

Dia menyatakan, keluarganya berharap para pelaku pencucian otak itu bisa segera ditangkap dan dihukum. Sebab, jika dibiarkan berkeliaran, akan ada anak lain yang menjadi korban. "Untuk tim kuasa hukum anak saya. Saya sendiri sebagai pengacara. Anak saya disangkakan UU terorisme," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, IAH melakukan aksi teror bom di Gereja Santo Yosep, Minggu pagi, 28 Agustus 2016, sekira pukul 08.00 WIB. Ia diketahui membawa ransel berisi bom rakitan. Saat kejadian, diduga bom yang dibawa IAH gagal meledak. Tasnya hanya mengeluarkan percikan api. Karena itu, IAH pun mengeluarkan senjata tajam dan menyerang pastor yang bernama Albert Pandingan.

Jemaat pun panik, beberapa berhamburan dan lainnya berupaya menghentikan perbuatan IAH. Beruntung bom tidak meledak dan IAH pun berhasil dilumpuhkan lalu diserahkan ke polisi.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya