Tak Punya Seragam, Pengungsi Banjir Garut Enggan Sekolah

Suasana di SLB CYKB pasca banjir bandang di Garut, Jawa Barat
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Diki Hidayat

VIVA.co.id – Bupati Garut, Jawa Barat Rudy Gunawan telah memberikan instruksi pada sekolah di wilayah terdampak banjir bandang untuk memulai kegiatan belajar mulai hari ini, 26 September 2016. Namun, di beberapa tempat, terlihat banyak pelajar masih absen.

Suara Bergemuruh! Warga Ungkap Detik-detik 'Galodo' Terjang Permukiman di Lereng Gunung Marapi

Hajar (9 tahun), siswa kelas 5 SD Muhamadiyah yang kini tinggal di pengungsian Aula Markas Korem 062/Tarumanegara, mengaku tak mau masuk sekolah karena belum memiliki seragam. Meskipun dia telah mendapatkan bantuan seragam dan alat tulis.

"Enggak punya seragam, kalau yang ini seragam SMA, saya kan masih SD," ujarnya di pengungsian, Senin, 26 September 2016.

Lumpuh 4 Jam Akibat Banjir Lahar Dingin, Jalan Padang-Bukittinggi Kembali Bisa Dilalui

Hal yang sama juga disampaikan Siti (14 tahun) siswi di tingkat pendidikan menengah pertama. Dia mengaku belum bisa sekolah karena terkendala dengan hidup di pengungsian dan perlengkapan sekolah yang kurang memadai.

"Ya, repot Pak kalau tinggal di pengungsian, harus mengantre. Lagian bajunya (seragam) terlalu besar," ungkapnya.

Lebih dari 13.000 Orang Dievakuasi di Kazakhstan karena Banjir

Sebelumnya Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Alam Banjir Bandang Kabupaten Garut,  Letkol. Armed. Setyo Hani Susanto, mengatakan, bupati telah menginstruksikan anak-anak korban banjir bandang yang masih berusia sekolah wajib memulai kegiatan belajar formal mereka.

"Tanpa pengecualian, harus masuk sekolah walaupun tak memiliki seragam, " katanya.

Jika terdapat sekokah yang mengalami kerusakan, seperti Sekolah Luar Biasa yang berdampingan dengan Asrama Lapang Paris, akan dibangun tenda sebagai tempat belajar mereka. Namun berdasarkan pantauan para siswa SLB hingga saat ini masih berada di pengungsian Aula Makorem/062 Tarumanegara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya