KSAU: Penerbang Mana Pun Tak Bisa Melawan Alam

Mantan KSAU (Purn) Marsekal TNI Agus Supriatna
Sumber :
  • Antara/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id - Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Agus Supriatna, mengaku telah menjalankan segala prosedur untuk mencegah kecelakaan pesawat militer. Tapi faktor alam, misalnya cuaca buruk, tak bisa dihindari, seperti kecelakaan pesawat Hercules C-130 dengan nomor pesawat A-1334 di Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Minggu pagi, 18 Desember 2016.

Danlantamal III Lantik Kolonel Widyo Jadi Komandan Lanal Palembang

"Kita ini sebetulnya, bukan seperti apa lagi pencegahan, karena pencegahan ini sudah terus-menerus dan tetap terjaga. Di situlah kelemahan kita sebagai manusia biasa," kata Agus saat menyerahkan para jenazah korban kecelakaan pesawat Hercules di Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdul Rahman Saleh di Malang, Jawa Timur, pada Minggu malam.

Agus menyebut sebagai seorang penerbang, kendala yang paling tidak bisa dilawan adalah faktor alam. Dia mengungkapkan, setiap sekali seminggu mengirimkan radiogram kepada satuan di bawah KSAU. 

HP Pasukan Hantu Laut Marinir Mendadak Dirazia Intel TNI

"Penerbang itu hidupnya di alam yang beda, sehingga ini yang terus menerus kita evaluasi dan kita ingatkan. Setiap minggu ada radiogram yang kami kirim ke satuan bawah. Semua itu kita tidak bisa melawan alam. Di mana pun kita berangkat, tidak bisa melawan alam. Cuaca bisa berubah sewaktu-waktu," ujarnya.

Dari peristiwa kecelakaan pesawat Hercules, KSAU memerintahkan aparatnya untuk melakukan evaluasi dan membentuk tim investigasi dengan langsung berangkat ke Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya. 

Keren, Ranpur Marinir Disulap Jadi Mobil Pintar di Papua

"Di sana tim akan menginvestigasi, baik kepada operator di bawah, maupun semua yang terlibat di sana. Mungkin saksi mata atau segala macam," katanya.

Mengenai desakan bantuan teknisi dari Austrlia, Agus menegaskan tidak memerlukannya. Hercules C-130 adalah pesawat hasil hibah dari RAAF (Royal Australia Armed Forces) yang diserahterimakan pada Februari 2016.

"Teknisi tidak perlu dari Australia, karena pesawat sudah kita terima. Ini menjadi tanggung jawab kita. Saat ini sudah enam pesawat yang kita terima dari total sembilan pesawat," ujar Agus. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya