Pilot Hercules yang Terjatuh di Papua Lulusan Terbaik

Mayor Penerbang Marlon Ardiles Kawer, pilot pesawat Hercules C-130 yang terjatuh di pegunungan Papua, Minggu (18/12/2016). Foto ini menampilkan sosok Marlon semasa hidupnya, Selasa (20/12/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA.co.id – Pilot pesawat Hercules C-130 yang terjatuh di pegunungan Papua, Mayor Penerbang Marlon Ardile Kawer (32), ternyata adalah lulusan terbaik dari Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Sekkau) untuk angkatan 2003 di Akademi Angkatan Udara.

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran

Jika tidak ada halangan, hari ini, Selasa, 20 Desember 2016, jenazah almarhum akan diterbangkan ke kampung halamannya di Biak Papua untuk dimakamkan.

"Bagi kami Marlon bukan hanya teman tapi saudara. Marlon selalu baik kepada semua orang. Tidak ada orang yang tidak suka saat berada di dekatnya. Dia asik diajak ngobrol," tutur Mayor (Penerbang) Bambang Baskoro Adi, rekan angkatan Marlon.

Pengawasan Pilkada 2024 di Kabupaten Puncak Papua Terancam Tak Maksimal

Menurut Bambang sejak di kesatuan, Marlon memang sudah dikenal sebagai orang yang pintar karena itu ia ia ditunjuk menjadi instruktur penerbangan.

Bambang kemudian mengenang perjalanan dinas bersama Marlon saat menjalankan misi kemanusiaan, baik di Indonesia maupun ke luar negeri. Marlon dikenang sebagai sosok yang mudah bergaul dan asik saat diajak bertukar ilmu.

Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat

"Pengalaman yang paling berkesan adalah saat kami sama-sama ditugaskan di Yogyakarta sebagai instruktur pada tahun 2014, saat itu kami terbang bersama. Itu momen yang jarang terjadi teman satu angkatan bisa terbang bersama," ujar Bambang.

Pertemuan terakhir antara dirinya dengan Marlon adalah dua hari sebelum peristiwa nahas itu terjadi. "Tidak sengaja bertemu di Lanud Halim Perdanakusuma. Saat itu ngobrol kami berencana ikut tes Sekolah Komando (Sesko) AU pada Januari 2017 mendatang di Lembang," kata Bambang.

Sementara itu, Paman Marlon yang datang ke Malang, Marthen Saroy mengaku terpukul dengan kepergian Marlon. Menjadi pilot merupakan cita-cita mulia Marlon sejak kecil. Di lingkungan keluarga Marlon dikenal sebagai sosok yang ramah, dan inspirasi keluarga besarnya.

"Ia tak pernah pilih-pilih dalam berteman maupun membantu teman atau keluarga. Ia sangat menginspirasi bagi kami. Ia orang yang pintar sejak kecil, dulu sering bercerita kalau cita-citanya menjadi seorang penerbang di Angkatan Udara," kata Marthen.

Marthen ikut membawa jenazah Marlon dari Papua ke Malang untuk persemayamaan dan penghormatan terakhir kepada pilot muda itu. Bersama beberapa keluarganya Marthen kembali membawa jenazah Marlon ke Biak Papua untuk dimakamkan di sana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya