Kebijakan Impor Pangan Dinilai Rusak Pertanian Indonesia

Para petani memotong padi saat panen raya serentak beberapa waktu silam di Buloh Beureughang, Kuta Makmur.
Sumber :
  • ANTARA/Rahmad

VIVA.co.id – Presiden Perkumpulan Patriot Pangan Bugiakso menyatakan kebijakan impor pangan yang diterapkan oleh pemerintah selama ini menjadi penyebab rusaknya kaum tani dan pertanian Indonesia. Menurutnya, kebijakan tersebut hanya menguntungkan para pelaku eksportir saja.

Seribu Ton Beras Impor Masuk Pulau Sumbawa, Anggota DPR: Mencekik Petani

"Tetapi tidak bagi kaum petani Indonesia, yakni kelompok terbesar rakyat yang ada di negeri ini," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 20 Desember 2016.

Bugiakso mengungkapkan, era perdagangan bebas saat ini sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh penguasa kolonial Belanda dahulu. Saat itu, perdagangan di nusantara terintegrasi dalam jaringan perdagangan dunia yang merugikan penduduk pribumi.

Pemerintah Naikkan HPP Gabah dan Beras Sampai 30 Juni 2024

Dia mengakui kebijakan impor segala bahan pangan itu memang bisa menjamin ketersediaan. Namun juga menjauhkan negeri agraris ini dari kedaulatan pangan. "Atas nama efisiensi, Indonesia kemudian terjebak, lalu hancur, dan belum sanggup lagi keluar dari jebakan perdagangan dan politik pangan dunia," ujarnya.

Secara sekilas, lanjut dia, dengan perhitungan bahwa impor pangan lebih murah dari biaya produksi sendiri, terlihat seperti akan sangat menguntungkan. "Benar memang menguntungkan, tapi hanya menguntungkan para eksportir," katanya.

Jokowi Lihat Langsung Panen Raya di Sigi: Bagus Hasilnya Capai 6 Ton per Hektare

Bugiakso menilai, awal mula kehancuran kaum tani dan pertanian Indonesia ketika terjadinya perubahan konsep menanam menjadi membeli. Lalu munculnya fakta, dari bercocok tanam menjadi kuli yang akhirnya menjadi petani di Indonesia sama artinya menjadi miskin.

Dampak yang kemudian terjadi adalah banyak anak petani yang tidak mau lagi memendam cita-cita menjadi petani. Lalu muncul pola pikir bahwa cara untuk keluar dari kemiskinan adalah berhenti menjadi petani.

BPS Sumsel rilis Nilai Tukar Petani (NTP)

BPS Sumsel Rilis Nilai Tukar Petani, Naik 2,97 Persen pada Maret

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel merilis Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret 2024. Hasilnya naik 2,97 persen.

img_title
VIVA.co.id
5 April 2024