Makassar, Kota Beribu-ribu Lorong

Lorong di Makassar
Sumber :

VIVA.co.id – Warga Kota Makassar menyebut gang atau jalan kecil di lingkungan tempat tinggal mereka sebagai lorong. Rata-rata lebar lorong hanya dua meter, yang cuma bisa dimasuki kendaraan kecil. Sedikitnya ada 7.500 lorong di seluruh kota. Di sinilah sel kehidupan mayoritas warga kota berpenduduk 1,8 juta itu dimulai.

Perusahaan Teknologi Jepang Siap Bantu IKN Jadi 'Smart City'

Tidak heran jika pemerintah kota memakai pendekatan lorong untuk mengatasi problem khas perkotaan, seperti kesenjangan sosial, ekonomi, dan keamanan lingkungan.

"Anak-anak terlantar rata-rata anak lorong, masyarakat derajat rendah kebanyakan di lorong. Artinya lorong jadi sel kota," kata Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto dalam perbincangan awal pekan ini.

Membangun IKN jadi 'Smart City'

Seperti ukuran sehat raga yang sangat tergantung pada kesehatan sel, kota juga demikian. Kota tak bisa dibangun jika selnya, di mana masyarakatnya hidup rusak. Perkelahian kelompok yang kerap terjadi di Makassar, kata Mohammad Ramdhan Pomanto yang biasa disapa Danny ini, kebanyakan dipicu dari masalah sepele di lorong. Yang kemudian terbawa hingga ke keturunan mereka. Bahkan sampai ke keturunan ketiga.

"Tetapi sekarang lorong kumuh dan tidak aman mulai berkurang. Lorong kini jauh lebih bersih, sehingga berpengaruh baik terhadap perilaku anak-anak di lingkungannya," kata dia.

Intip Paket Investasi Smart City di IKN yang Ditawarkan ke Pengusaha China hingga AS

Ini tak lepas dari upaya warga dan aparat kota. Danny mewajibkan setiap camat dan lurah setiap Selasa sampai Kamis setiap minggunya mengetuk sedikitnya 20 pintu rumah warga di lorong. Mereka wajib mengenal warganya, dan menanyakan problem apa yang mereka alami. Dari situ pemkot mengambil kebijakan untuk memperbaiki kehidupan warga lorong.

Salah satu yang dilakukan adalah mendorong warga menciptakan lingkungan bersih berupa lorong garden. Selain memberi pelatihan soal mengurus sampah lewat bank sampah, warga juga menanam tanaman produktif yang menghasilkan seperti sayuran dan buah, dengan tanaman utama cabai. Selain untuk kebutuhan sendiri, cabai diharap bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi warga sekitar. "Kenapa kami pilih cabai, karena kalau dilihat data Badan Pusat Statistik, cabai itu salah satu yang memicu inflasi. Perawatannya juga relatif mudah dan murah," kata Danny.

Untuk menampung hasil produksi warga lorong, pemkot membuat Badan Usaha Lorong yang diharapkan bisa menjadi gerakan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, mempersempit gini rasio, peningkatan jumlah RTH, dan bebas pengangguran. Warga sebagai penggerak utama badan usaha ini akan meraup keuntungan ekonomi dari setiap kilo gram cabai yang terjual. Pemkot Makassar akan membeli cabai yang dihasilkan Badan Usaha Lorong.

Hasil badan usaha ini nantinya akan dialokasikan untuk kepentingan warga lorong, misalnya deposito pendidikan bagi anak-anak lorong, dan sisanya digunakan untuk menghidupi UMKM. Dari sekitar 7.500 lorong di kota ini, pemkot menargetkan 600 lorong ikut dalam program lorong garden.

Salah satu lorong garden yang dijadikan percontohan berada di Lorong Setapak 3, Kelurahan Bonto Makio, Kecamatan Rapocini, Kota Makassar. Camat setempat, Hamri Haiya, menuturkan, sebelum dibangun bank sampah dan lorong garden, warga kerap ribut dengan warga lorong lain yang membuang sampah di wilayah mereka. Namun pertikaian kini sudah berkurang.

Karenanya, upaya yang kini dilakukan adalah menjaga keberlangsungan usaha warga, sehingga warga memiliki kesibukan yang menghasilkan secara ekonomi. Untuk itu ia menggandeng perguruan tinggi setempat, yakni Unismu, untuk membantu penguluhan yang dikemas dalam program KKN.

Sementara terkait keamanan lingkungan, akan diterapkan smart lorong yang kini tengah dijajaki kerjasama dengan PT Telkom untuk pemasangan empat CCTV  di setiap mulut lorong.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya