NU Jatim: Aksi 112 Atas Nama Agama Dicampur Politik

Kepala Polda Jatim, Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin (ketiga dari kanan), saat bersilaturrahmi dengan pengurus dan ulama NU di kantor NU Jatim, Surabaya, pada Jumat, 10 Februari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id - Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin, bertemu para pengurus dan kiai Nahdlatul Ulama (NU) di kantor NU Jatim, Surabaya, pada Jumat, 10 Februari 2017. Keterangan tentang Aksi 112 disampaikan kepada wartawan seusai acara bertema kebangsaan itu.

GP Ansor Ungkap Makna Gowes 90 KM, Simbol Perjuangan Menuju Indonesia Emas 2045

Ketua NU Jatim, Hasan Mutawakkil Alallah, mengatakan bahwa kiai dan warga NU Jatim tegas bersikap taat pada instruksi Pengurus Besar NU yang tidak membolehkan ikut turun dalam aksi 112 di Jakarta pada Sabtu, 11 Februari 2017. Dia berharap tidak ada simbol dan nama NU dibawa-bawa dalam aksi itu.

"Kami komunitas masyarakat NU dan pesantren tidak akan terlibat dalam gerakan itu. Simbol-simbol NU tidak boleh dibawa-bawa dalam gerakan itu, karena kita merasa udara di Indonesia ini mulai menggerahkan, di mana gerakan atas nama agama dirasa bercampur aduk dengan kepentingan politik dan kekuasaan," kata Mutawakkil seusai pertemuan.

Pendeta Gilbert Olok-olok Salat dan Zakat, PBNU: Kami Umat Islam Diajarkan untuk Menahan Emosi

Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kraksaan, Probolinggo, itu menjelaskan bahwa NU khawatir terjerat jebakan-jebakan kekuasaan dan kepentingan kelompok yang ingin mengambil keuntungan jika ikut bergabung dalam Aksi 112.

"Yang banyak sekarang pengaruh gerakan Islam transnasional yang kelihatan adalah movement political of Islam. Jadi, kemasannya agama tapi isinya gerakan politik. Ini yang harus diantisipasi," kata Mutawakkil. "Dan sesuai amanat ulama pendiri NU, menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) hukumnya fardlu 'ain (wajib bagi setiap muslim Indonesia)."

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor yang Jadi Tersangka Korupsi Pemotongan Insentif

Machfud Arifin meyakini hanya sedikit warga Jatim yang datang ke Jakarta untuk ikut Aksi 112. Apalagi, katanya, dua organisasi besar di Jatim, NU dan Muhammadiyah, sepakat melarang jemaahnya untuk ikut aksi itu.

"NU dan Muhammadiyah sepakat mengikuti perintah pimpinannya tidak ikut turun (Aksi 112). Kalaupun ada person-person yang naik pesawat dan naik bus, saya rasa jumlahnya tidak banyak. Tidak sampai ribuan," kata Machfud.

Massa mengatasnamakan Aksi Bela Islam berencana aksi pada 11 Februari 2017 di Jakarta. Itu empat hari sebelum hari Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Aksi dikenal 112 itu kelanjutan dari Aksi Bela Islam 212 yang digelar di Tugu Monas pada 2 Desember 2016 yang dikomandani pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Shihab. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya