Pesan Mensos untuk Wartawan Peliput Bencana

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga Guntoro (29), fotografer Koran Jakarta yang meninggal saat menjalankan tugas jurnalistik meliput banjir di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis 16 Februari 2017. [Baca: Fotografer Koran Jakarta Meninggal saat Meliput Banjir]

Motif Pengeroyokan Wartawan di Madina karena Beritakan Ketua OKP

"Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian Saudara Guntoro. Kita doakan beliau damai dan tenang di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan, kekuatan serta keikhlasan menghadapi ujian ini," ujar Mensos di Jakarta, Jumat, 17 Februari 2017.

Khofifah menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas dedikasi dan perjuangan Guntoro dalam mewartakan musibah banjir. Di saat semua orang menjauhi daerah bencana untuk menyelamatkan diri, ia datang dan memotret di lokasi bencana.

Seorang Wartawan AS Ditembak Mati Tentara Rusia di Ukraina

Menurut Khofifah, hasil liputan para jurnalis terkait bencana selalu ditunggu banyak pihak. Melalui pemberitaan di media, informasi mengenai kebutuhan pengungsi, titik lokasi bencana, langkah penanganan, serta tindak lanjut pascabencana dapat diketahui masyarakat luas.

"Rasa empati, tanggung jawab dan panggilan hati nuraninya untuk menjalankan tugas jurnalistik yang dilakukan saudara Guntoro layak diapresiasi," ucapnya.

Polisi Tangkap 4 Pelaku Pengeroyokan Wartawan di Sumut

Mensos mengungkapkan jurnalis merupakan mitra strategis pemerintah, khususnya Kementerian Sosial dalam penanggulangan bencana. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Kementerian Sosial berada dalam klaster pengungsian dan perlindungan.

"Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos bertugas mendirikan Dapur Umum Lapangan, memberikan Layanan Dukungan Psikososial, menyerahkan Jaminan Hidup (Jadup) korban bencana, menggelontorkan bantuan logistik kepada pengungsi, dan memberikan santunan kepada korban bencana," paparnya.

Melalui jurnalis, lanjutnya, upaya dan gerak cepat pemerintah dalam penanganan kebencanaan tersebut dapat terangkat ke media dan tersampaikan kepada masyarakat.  

Belajar dari musibah yang dialami Guntoro, ia mengimbau ketika jurnalis meliput di daerah bencana hendaknya mempersiapkan fisik sebaik-baiknya dan mempertimbangkan faktor keamanan. Kepada perusahaan media, ia berharap dapat membekali jurnalisnya dengan peralatan keselamatan penunjang dan asuransi.

"Medan di lokasi bencana tentu tidak mudah, maka saya berharap rekan-rekan jurnalis dapat membekali diri dengan pengetahuan yang cukup mengenai kebencanaan dan pastikan fisik dalam kondisi baik," katanya.

Sementara itu mengingat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sebanyak 323 kabupaten/kota di Indonesia sangat rawan bencana, maka Mensos menilai penting bagi para jurnalis untuk memperkuat pemahaman dan peningkatan kapasitas peliputan terkait kebencanaan.

"Rencananya dalam waktu dekat Kemensos menggelar bimbingan teknis (bimtek) jurnalis dalam peliputan di lokasi bencana. Pelatihan akan disampaikan oleh TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di TAGANA Training Center, Sentul, Bogor,” tutur Mensos.

Ia berharap melalui pelatihan ini para jurnalis mendapat pengetahuan yang cukup tentang kebencanaan, mampu menjaga keselamatan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya, dapat menggali isu apa saja di lokasi bencana yang dapat diangkat tanpa mengekspose kesedihan atau eksploitasi terhadap korban. (ms)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya