Yasonna Akui Pembinaan pada Napi Wanita Belum Optimal

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Hamonangan Laoly.
Sumber :
  • http://www.kemenkumham.go.id

VIVA.co.id – Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly mengakui kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan masih tinggi. Menurutnya masalah ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun terjadi di banyak negara di dunia.

800 Telepon Genggam Disita dari Sel Napi Lapas Salemba

"Negara mempunyai perhatian tinggi terhadap masalah gender. Presiden Jokowi mengingatkan bahwa di setiap laki laki ada perempuan di belakangnya," kata Yasonna pada Perayaan Hari Wanita Sedunia di Pusat Kebudayaan Italia, Jakarta, Rabu 8 Maret 2017.

Tak hanya itu, politikus PDIP ini mengungkapkan keluarganya mendorong dirinya untuk memperjuangkan kesetaraan perempuan. "Istri saya bilang bahwa saya juga harus berjuang untuk itu," ucapnya.

4 Napi yang Pernah Kabur dari Nusakambangan, Ada 'Robin Hood'

Selama posisi jabatan sebagai menteri hukum dan HAM, Yasona mengakui pemerintah masih kesulitan untuk membina para narapidana wanita. Hal tersebut karena masih terbatasnya jumlah lembaga pemasyarakatan khusus bagi wanita dan anak.

"Seperti Lapas Paledang Bogor, laki-laki dan perempuan di campur, mereka di pisah dengan blok. Saya pernah lihat sendiri, saking padatnya mereka tidur saja susah," ungkapnya.

Kerusuhan di Rutan Bima, Belasan Napi Kabur

Atas dasar itu pemerintah terus mengupayakan pembangunan lembaga pemasyarakatan khusus bagi perempuan dan anak. Karena lembaga pemasyarakatan khusus hanya ada di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Tangerang.

"Kalau ada anggaran cukup kita bangun. Idealnya mereka di pisah. Kita harus buat mereka punya keterampilan," tegasnya.

Sementara itu Presiden Second Chance Foundation, Evy Harjono Amir Sjamudin menambahkan peran perempuan tak bisa diingkari dalam ekonomi dan politik di seluruh dunia. Bahkan perempuan menjadi tulang punggung dari komunitas. 

"Di Indonesia rumah tahanan yang diubah istilahnya menjadi lembaga pemasyarakatan bertujuan untuk memperhalus paradigma masyarakat kepada narapidana. Sehingga mereka nantinya bisa diterima oleh masyarakat dalam proses reintegrasi. Pelatihan dan pemberdayaan para narapidana wanita menjadi sangat penting," tegasnya.

Duta besar Italia untuk Republik Indonesia, Vittorio Sandalli mendukung penuh berbagai upaya untuk pengembangan kapasitas wanita dan berbagai program kesetaraan gender. Hal tersebut yang menjadi dasar perayaan women's day dilakukan di pusat kebudayaan Italia, Jakarta.

"Woman's Day ini digelar sebagai konfirmasi atas komitmen Italia terhadap isu gender. Mengeliminasi segala bentuk eksploitasi dan diskriminasi, serta memerangi segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di dunia internasional," jelasnya. 

Italia memberikan dukungan kepada perempuan sebagai pembangun perdamaian dengan proyek kerja sama. "Yang bertujuan mengatur konsekuensi atas peran perempuan dan memperkuat kontribusi perempuan untuk menciptakan solusi dari sebuah konflik," katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya