9 Seruan Menag soal Ceramah di Rumah Ibadah, Tak Provokatif

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Eka Permadi

VIVA.co.id - Kementerian Agama menyikapi keluhan sebagian tokoh agama dan masyarakat terkait berbagai isi ceramah di rumah ibadah yang dianggap provokatif dan dikhawatirkan mengganggu persatuan Indonesia.

Detik-detik Warga Geruduk Rumah di Balaraja Tangerang yang Jadi Tempat Ibadah Kristen

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menerbitkan seruan yang berisi tentang pedoman bagi penceramah di rumah ibadah.

"Seruan dalam rangka menjaga persatuan dan meningkatkan produktivitas bangsa, merawat kerukunan umat beragama, dan memelihara kesucian tempat ibadah," kata Menteri di Jakarta pada Jumat, 28 April 2017.

Operasi Lilin Jaya, 4.041 Personel TNI-Polri Dikerahkan Amankan Natal dan Tahun Baru

Seruan itu berisi sembilan poin, sebagai berikut:

1. Disampaikan oleh penceramah yang memiliki pemahaman dan komitmen pada tujuan utama diturunkannya agama, yakni melindungi harkat dan martabat kemanusiaan serta menjaga kelangsungan hidup dan peradamaian umat manusia.

Prabowo Singgung Minoritas Sulit Bangun Rumah Ibadah, Anies Beri Jawaban Menohok

2. Disampaikan berdasarkan pengetahuan keagamaan yang memadai dan bersumber dari ajaran pokok agama.

3. Disampaikan dalam kalimat yang baik dan santun dalam ukuran kepatutan dan kepantasan, terbebas dari umpatan, makian, maupun ujaran kebencian yang dilarang oleh agama mana pun.

4. Bernuansa mendidik dan berisi materi pencerahan yang meliputi pencerahan spiritual, intelektual, emosional, dan multikultural. Materi diutamakan berupa nasihat, motivasi dan pengetahuan yang mengarah kepada kebaikan, peningkatan kapasitas diri, pemberdayaan umat, penyempurnaan akhlak, peningkatan kualitas ibadah, pelestarian lingkungan, persatuan bangsa, serta kesejahteraan dan keadilan sosial.

5. Materi yang disampaikan tidak bertentangan dengan empat konsensus bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

6. Materi yang disampaikan tidak mempertentangkan unsur SARA (suku, agama, ras, antargolongan) yang dapat menimbulkan konflik, mengganggu kerukunan ataupun merusak ikatan bangsa.

7. Materi yang disampaikan tidak bermuatan penghinaan, penodaan, dan/atau pelecehan terhadap pandangan, keyakinan dan praktik ibadah antar/dalam umat beragama, serta tidak mengandung provokasi untuk melakukan tindakan diskriminatif, intimidatif, anarkis, dan destruktif.

8. Materi yang disampaikan tidak bermuatan kampanye politik praktis dan/atau promosi bisnis.

9. Tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku terkait dengan penyiaran keagamaan dan penggunaan rumah ibadah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya