Jokowi Apresiasi Pengungkapan Satu Ton Sabu di Anyer

Presiden Jokowi dalam Rapat Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Rahmat

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo secara khusus menyampaikan penghargaan atas kerja Polri dan Badan Narkotika Nasional serta pihak terkait lainnya, atas keberhasilan mengungkap penyelundupan sabu seberat 1 ton. 

Jokowi Sempat Malu karena Indonesia Belum Jadi Anggota Penuh FATF

"Saya juga ingin memberikan apresiasi kepada jajaran Polri, BNN dan pihak-pihak terkait atas penangkapan besar-besaran dan serentak dan pengungkapan penyelundupan sabu seberat 1 ton," ujar Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Senin, 24 Juli 2017.

Jokowi mendorong agar langkah-langkah seperti ini terus dilakukan, karena Indonesia sudah masuk darurat narkoba. "Kami harapkan hal-hal seperti ini didorong agar negara kita terhindar dari darurat narkoba," katanya.

Warga Pontianak Nekat Selundupkan Sabu Didalam Boneka ‘Hello Kitty’

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan para penyelundup mulai berlayar dari Laut China Selatan untuk mengambil barang di Myanmar. Selanjutnya, penyelundup masuk ke Indonesia melalui Pantai Anyer. Perjalanan tersebut diketahui dimulai pada pertengahan Juni.

"Mereka menggunakan jalur laut, menggunakan kapal pesiar dari Taiwan (dari) laut Cina selatan ke Johor, masuk Selat Malaka mengambil barang di perairan Myanmar," kata Tito di Polda Metro Jaya, Kamis, 20 Juli 2017.

Pemerintah Bakal Tambah Saham di Freeport Indonesia Jadi 61 Persen, Begini Penjelasan Tony Wenas

Kemudian, kapal tersebut melintas ke pantai barat Sumatera dan masuk ke Pantai Anyer usai melewati Selat Sunda. Para tersangka lantas memindahkan satu ton sabu itu di tengah laut, dengan menggunakan perahu karet untuk dibawa di dermaga di dekat Hotel Mandalika, Anyer, Serang, Banten.

"Setelah itu menyusuri pantai barat sehingga masuk Selat Sunda, Anyer. Di situ setelah droping dilaksanakan, kemudian kapal ini bergerak lagi ke laut Jawa, Selat Karimata dan kemudian lewat Batam," ujar mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.

Dia menyampaikan, kapal pengangkut narkoba itu baru bisa tertangkap saat sedang menepi di perairan Tanjung Berakit, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu, 15 Juli 2017.

Penangkapan kapal tersebut dilakukan setelah polisi bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. "Kami melakukan kerja sama dengan Bea Cukai, dengan Ibu Menteri Keuangan dan alhamdulillah kapal-kapal pengejar dari Bea Cukai bersama Pol Air berhasil mengejar dan menangkap kapalnya," katanya.

Saat ini, pihaknya masih memeriksa seluruh bagian kapal tersebut untuk menemukan barang bukti tambahan terkait penyelundupan sabu yang dikendalikan bandar besar di Tiongkok. Polisi juga memeriksa keadaan kapal Wanderlust. Mereka tengah memeriksa GPS guna mengetahui posisi kapal masuk dan keluar serta rute pengiriman barang haram tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan, kapal Wanderlust merupakan kapal buruan di empat negara selama dua bulan. Pihak Bea Cukai langsung mengerahkan tim untuk mengejar kapal Wanderlust dan berhasil menangkapnya. 

"Presiden Jokowi telah menginstruksikan kepada seluruh aparat, instansi yang memiliki kewenangan untuk bisa bekerja sama. Alhamdulillah pada akhirnya bisa menangkap kapal ini di perairan Indonesia dan juga menangkap barang bawaannya," kata Sri Mulyani.

Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Polisi Arman Depari mengaku belum mengetahui detail empat negara yang menjadikan kapal Wanderlust sebagai DPO. "Yang jelas negara-negara yang dilintasi ini memang sudah diinformasikan bahwa akan ada pengangkutan narkoba," kata Arman.

Ia mengatakan, ada lima negara yang sudah diinformasikan akan dilintasi Wanderlust. Kelima negara terdiri atas Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Myanmar. Menurut  Arman, kapal tersebut memang bergerak terus sehingga sulit dilacak. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya