Cerita Petugas Tangani Seorang Jemaah Tersasar Hingga 2 Jam

Suasana di Masjidil Haram pada Minggu malam, 13 Agustus 2017.
Sumber :
  • Eko Priliawito

VIVA.co.id – Kejadian jemaah haji Indonesia tersesat menjadi pemandangan yang biasa di Masjidil Haram, Mekah. Kebanyakan mereka adalah jemaah lanjut usia yang terpisah dari rombongan. Beragam cerita kenapa jemaah bisa tersesat.

77 Jemaah Haji Indonesia Masih di Arab Saudi Jalani Perawatan di Rumah Sakit

Salah satunya adalah jemaah asal Tulung Agung bernama Mulyono. Marbot masjid berusia 65 tahun ini terpisah dari rombongannya sejak berada di Masjidil Haram selepas salat Asar.

Harusnya Mulyono bisa naik bus salawat, tapi karena tidak ingat letak terminal bus, dia kemudian nekat jalan kaki. Setelah kelelahan, Mulyono kemudian naik taksi. Karena tidak tahu alamat hotelnya, sopir taksi kemudian mengantarnya ke kantor PPIH Daker Mekah.

Kuota Jemaah Haji 2024 Diumumkan Sebanyak 221 Ribu, DPR RI Segera Bahas Perbaikan Penyelenggaraan

Mulyono, jemaah asal Tulung Agung yang tersesat dari Masjidil Haram.

Mulyono kemudian bertemu dengan petugas dari Media Center Haji (MCH), karena tidak membawa uang, ongkos taksi sebesar 25 riyal kemudian dibayarkan. Karena terlihat kebingungan dan tak tahu persis di mana hotelnya, petugas kemudian menenangkan Mulyono dan mengajaknya makan.

1 Jemaah Haji asal Palembang Hilang, Menteri Yaqut: Kami Terus Cari

"Iya lupa, bingung lalu naik taksi. Sudah dari sore, iya lapar juga," katanya.

Setelah dicek, kakek yang telah menunggu 6 tahun untuk pergi haji ini ternyata tinggal di hotel 601 yang jaraknya hanya sekitar 150 meter dari Daker Mekah.

Saat pulang mengantar Mulyono, petugas kembali bertemu dengan enam jemaah haji yang tersesat, karena lupa turun di hotelnya saat naik bus salawat. Salah satunya adalah Samsul Hadi yang berasal dari Tuban.

"Kami kelewatan turun, saya gedor-gendor bus biar berhenti. Tapi sopirnya jalan terus. Jadi kami turun di halte 604. Tapi kan jadi kebingungan," katanya, Minggu malam, 13 Agustus 2017.

Pemondokan Samsul Hadi dan rombongan berada di hotel 608, jaraknya sekitar 300 meter dari halte terakhir bus salawat untuk nomor bus 7. Tapi, karena turun di halte lain, dia dan rombongan jadi kebingungan.

Malam itu, tim Media Center Haji (MCH) melakukan pemantauan di Masjidil Haram dengan menggunakan bus salawat. Tiba di terminal Syaib Amir, situasi sangat ramai. Dua petugas sedang berupaya berkomunikasi dengan seorang jemaah asal Makassar bernama Husaema Ibrahim Bakkareng.

Dari data yang ada di situs Haji Pintar 2017, pria berusia 69 tahun ini beralamat di Abbinenge, Kabupaten Sopeng, Sulawesi Selatan. Dia tinggal di pemondokan 403 di wilayah Aziziah.

Saat akan ditolong petugas, Husaema menolak, dia seperti orang linglung. Dia tidak pernah mau didekati petugas dan tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia. Dua petugas bergantian mendekati dan merayu untuk mengantarnya pulang. Tapi dia tetap menolak.

"Tidak, jangan, saya bisa," hanya itu yang disampaikan Husaema dalam bahasa Indonesia.

Petugas terus berusaha membantu. Tapi, dia justru terus berjalan dan kembali masuk ke kompleks Masjidil Haram. Lebih dari satu jam petugas mengikuti Husaema. Dia tetap menolak untuk ditolong.

Tapi, dari kondisinya yang kebingungan, sudah dapat dipastikan dia tidak tahu arah pulang. Setelah dua jam berjalan, akhirnya Husaema kelelahan. Dengan perlahan, petugas kembali berkomunikasi dengan jemaah yang terduduk di sekitar areal Sai. Petugas merayu Husaema agar mau diantar pulang.

Husaema kemudian mengangguk dan menurut saja saat petugas membawanya menuju terminal bus Bab Ali dan mengantarnya pulang.

Begitulah salah satu upaya yang harus dilakukan petugas dari Perlindungan Jemaah (Linjam) untuk membantu jemaah. Banyak jemaah lanjut usia dan tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik menjadi kendala utama.

Malam itu, lebih dari 15 jemaah yang harus dibantu karena tersesat di sekitar Masjidil Haram. Jumlah itu hanya sekitar satu jam pengamatan yang dilakukan tim Media Center Haji di posko Marwah, Masjidil Haram. Petugas Linjam harus bekerja bergantian selama 24 jam untuk membantu jemaah di kawasan ini. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya