Isi Rekaman Pengakuan Miryam yang Jadi Polemik

Miryam S. Haryani
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA.co.id – Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya membuka rekaman pemeriksaan terhadap Miryam S Haryani. Video itu sempat menjadi polemik, karena Miryam diduga telah mendapat tekanan dari rekannya sesama anggota Komisi III DPR RI. 

INFOGRAFIK: Cara Buat KTP Digital

Rekaman itu diputar di ruang sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, saat dua penyidik KPK dihadirkan sebagai saksi, yakni Ambarita Damanik dan M Irwan Susanto. 

Video yang diputar itu merupakan rekaman saat Miryam diperiksa Novel Baswedan dan Ambarita Damanik pada 1 Desember 2016, dalam kasus korupsi proyek e-KTP. 

Rektor UIN Jakarta Semprot Agus Rahardjo Soal e-KTP: Pak Agus Seharusnya Merespon Saat Itu

Dalam rekaman itu, kepada penyidik Miryam sempat menyebut nama anggota Komisi III Desmond Junaidi Mahesa (F-Gerindra) dan Azis Syamsuddin (F-Golkar) yang ikut memengaruhi dirinya sebelum diperiksa.

"Eeee. Desmond. Azis yang ngomong (suara batuk).. (Suara tidak jelas) Gua panggil tuh. Gua yang malu, Pak," kata Miryam kepada penyidik dalam rekaman diputar di hadapan majelis hakim, Senin, 14 Agustus 2017.

Respon Jokowi Usai Mantan Ketua KPK Agus Rahardjo Dilaporkan ke Bareskrim Polri

Lalu, Miryam dalam rekaman tersebut melanjutkan ceritanya yang bertemu anggota komisi III, "Kasus apa? Pak Giarto (Sugiharto). Lu kan mitra kerja" katanya gitu. Oh gitu ya, pak. Pinter yah? Oowh jangan pernah sebut partai. Jangan pernah sebut orang. Ya saya biasa saja. "Oh ya, oke. Oke. Oke. Singkat cerita pak kami kalau kita kadang-kadang ketemu rapat."

"Ngomongnya itu setengah diintimidasi dan selalu yang dari nomor satu sampai nomor enam itu, yang bisa satu sampai nomor empat, itu panggil," Miryam menjelaskan. 

Penyidik pun sempat mempertanyakan kepada Miryam ihwal pertemuannya dengan anggota DPR sebelum diperiksa KPK. 

Percakapan pun berlangsung sempat dibuka dalam sebuah monitor di ruang sidang. 

Miryam: Saya nih pak ga boleh cerita sebetulnya pak. Tapi saya (suara tidak jelas) semua sama pak Novel. 

Penyidik 1 : (Suara tidak jelas). Capek ditanya. 

Miryam : Tertawa. 

Penyidik 1: Ternyata sebulan lalu ibu ini diberitahu oleh beberapa anggota DPR Komisi Tiga bahwa akan dipanggil KPK (suara tidak jelas)

Miryam : Iya pak. 

Penyidik 1: Dan orang-orang itu adalah Desmond, Aji, Sudding, Tamsud. Terus eee Hasrul Azwar, sama Masinton Pasaribu. Tapi ya intensi sih satu (suara tidak jelas) ini. Eeee. Mereka ini memang dengan kebiasaan kalau orang-orang yang perkara di KPK apa-apa dipanggil (suara tidak jelas) mereka ya ibu ya.

Miryam : He-em

Penyidik 1 : Ee Desmond (suara tidak jelas) IBF yak bu ya? 

Miryam : IBF 

Miryam pun sempat diajari sejumlah anggota DPR sebelum diperiksa. Meski dalam percakapan itu tak jelas siapa yang ikut campur dalam pemeriksaan, tapi Miryam merasa diajari terlebih dahulu sebelum bertemu dengan penyidik. 

Miryam : Iya. (suara tidak jelas) saudara ini mau dipanggil.

Penyidik 1 : he ehm. 

Miryam: Saya belum dipanggil ya, pak. Dipanggil aja pak silakan. Lu belum dipanggil aja. "Kan saya belum dipanggil," gitu gitu. "Gue ngasih tau dan nanti nih ya, sampe diajarin pak. Nanti Miryam, ruangannya kecil, yang nyidik nanyanya bolak balik. Terus pasti ditinggal. Saya kan ngebayang pak. 

Penyidik 1: Hmmmm.

Miryam: Terus, pas itu nanti ditanya tu. Eeee. Bolak balik nanti balik lagi, balik lagi itu. Gitu-gitu pokoknya apa yang ditanya jangan ngaku salah, jangan ngaku. 

Dan dalam pemeriksaan pun, Novel mengatakan kepada Miryam untuk terbuka dan tak perlu takut diancam siapa pun. 

Penyidik: "Lha ini yang kemudian menjadi menarik untuk kita cari tahu. Yang jelas, tadi saya sampaikan kepada Bu Yani bahwa Ibu enggak usah takut, enggak usah khawatir, saya katakan begitu."

"Dan kami pada posisi eee. Terima kasih sama ibu dan kalau ada info lebih jauh lagi, jangan ragu untuk beri tahu kita."

(ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya