Tujuh Pendatang Tewas, Warga Tengger Gelar Tolak Bala

Ambulans membawa jenazah 7 pekerja yang tewas di Malang.
Sumber :
  • Lucky Aditya (Malang)

VIVA.co.id – Pasca peristiwa tujuh orang meninggal dunia di Balai Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, karena diduga menghirup racun karbon monoksida, warga Suku Tengger langsung menggelar ritual adat sebagai tolak bala.

Seorang Pekerja Tewas Tertimpa Crane Proyek Tol Pekanbaru-Dumai

Kepala Desa Ngadas, Mujianto mengatakan, warga Suku Tengger memegang kepercayaan dari leluhur. Bangunan Balai Desa akan segera dibongkar oleh warga.

Sebelum jenazah diberangkatkan ke Kamar Mayat RSUD Faiful Anwar, sempat digelar ritual 'ngepras' atau upacara tolak bala warga Suku Tengger. Ritual langsung dipimpin Sutopo, dukun adat warga Suku Tengger.

Seorang Pekerja di Kubu Raya Tewas Tertimpa Crane

"Bangunan akan kami bongkar. Sebelum berangkat, dilakukan tradisi 'ngepras' agar tdak ada kejadian ini lagi. Ada sesaji yang kami serahkan, seperti panggang ayam, pisang dan saji hasil bumi lain yang sesuai tradisi Tengger," kata Mujianto, Jumat, 29 September 2017.

Ia menyebut jika upacara sudah dilakukan dengan disaksikan seluruh warga. Mereka memanjatkan doa dengan bahasa Tengger. Setelah memanjatkan doa dan menggelar ritual, barulah jenazah dibawa untuk diautopsi.

Pasar Oro-oro Dowo, Satu-satunya Pasar Ber-SNI Bayarnya Non Tunai

Wakil Kepala Polres Malang, Komisaris Polisi Decky Hermansyah menduga, karbon monoksida yang mencelakai tujuh orang itu bersumber dari pembakaran mesin generator yang digunakan sebagai penerangan di balai desa.

Para korban tidur, lampu dimatikan, tetapi generator tetap menyala, sehingga asap hasil pembakaran memenuhi ruangan.

Para korban diketahui bernama Nurokhim (33 tahun), Ahmad Saifudin (38 tahun), Muhamad Yusuf (18 tahun), Jumadi (34 tahun), Imam Safii (19 tahun), Irawan (35 tahun), dan Hasrul Prio Purnomo (29 tahun). Semua adalah warga Kota Malang dan Kabupaten Malang, kecuali Hasrul Prio Purnomo yang orang Lamongan.

Mujianto mengatakan, ketujuh warga yang meninggal dunia bukan berasal dari Suku Tengger atau Desa Ngadas. Kelima orang bekerja sebagai pekerja bangunan selama dua pekan untuk memperbaiki kantor desa, sedangkan dua orang lainnya merupakan pekerja teknis. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya