- ANTARA/Wira Suryantala
VIVA.co.id – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan, aktivitas vulkanik kegempaan Gunung Agung masih tinggi.
Dalam data rekam aktivitas kegempaan selama 24 jam terakhir atau Kamis, 12 Oktober 2017. Tercatat telah terjadi tujuh kali gempa tremor non-harmonic, 196 kali gempa vulkanik dangkal, 288 kali gempa vulkanik dalam dan 26 kali gempa lokal.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil menuturkan, tremor non-harmonic alias spasmodic burst atau spasmodic tremor merupakan rentetan gempa yang terjadi secara beruntun dalam satu waktu bersamaan. Gempa jenis ini muncul karena adanya aktivitas fluida magmatik di perut gunung.
"Dia adalah rentetan beberapa gempa vulkanik di mana satu gempa muncul sebelum gempa sebelumnya selesai. Secara fisis merefleksikan aliran fluida magmatik (gas, liquid atau solid)," kata Devy, Jumat, 13 Oktober 2017.
Menurut Devy, kemunculan tremor memang cukup menjadi perhatian saat pemantauan gunung api dilakukan, sebab, gempa tremor non-harmonic, bisa jadi tanda gunung akan meletus.
"Tremor menerus (non-harmonic) biasanya menjadi penanda terakhir sebelum letusan terjadi," kata Devy.
Devy menjelaskan, sebab biasanya, gempa tremor non-harmonic terjadi berkaitan dengan adanya aktivitas penghancuran sumbat penutup kawah di gunung.
Kendati begitu, Devy berharap manifestasi di permukaan hanya berupa gas dan asap saja. "Jadi, tekanan di bawah perut Gunung Agung cepat habis," ujarnya penuh harap.
Namun, menurutnya, berdasarkan pengalaman di dunia, tak selalu semua kemunculan tremor seperti ini diikuti letusan. Kecuali, kalau terjadi secara terus menerus. "Manifestasi permukaan bisa hanya berupa pelepasan gas atau asap ke permukaan," katanya.