Menteri Yohana: Banyak Anak NTT Korban Jual Beli Manusia

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise
Sumber :
  • Dokumentasi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

VIVA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, mengimbau masyarakat, khususnya kalangan orangtua agar tidak mudah tergiur dengan tawaran bekerja di luar negeri.

Gubernur: Ada Perdagangan Manusia di NTT akibat Kemiskinan

Menurutnya, banyak korban anak-anak yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dari temuannya di beberapa negara di Asia, ternyata anak dari NTT menjadi korban human trafficking, atau jual beli manusia. Dalam banyak kasus, anak anak ini dieksploitasi dan dijadikan pekerja seksual.

Hanya Manusia, Film Produksi Polri Angkat Isu Human Traficking

"Saya sudah buktikan pada saat di beberapa negara ,khususnya Asia dan Malaysia, banyak anak dari NTT yang ada di sana. Mereka menyesal, karena meninggalkan kampung halaman mereka," kata Menteri Yohana, saat mengunjungi Labuan Bajo, NTT, Rabu 23 November 2017

Iming-iming janji yang tak sesuai fakta, menjadi penyesalan anak NTT yang menjadi korban. "Tidak tercapai sesuai dengan cita-cita yang mereka inginkan, akhirnya menjadi korban di negara lain," tuturnya.

Pesan Terakhir Korban Penyelundupan: Saya Tak Bisa Napas, Maaf Ibu

Kemudian, Yohana menyebut, korban penjualan manusia tertinggi berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan sosialisasi guna mencegah dan mengurangi praktik jual beli manusia.

"Kami berkoordinasi dengan gubernur, termasuk dengan bupati, ketua gugus tugas, agar bisa mencegah perdagangan orang.  Karena itu, sistemnya sudah dibangun. Selama ini, kami banyak membuat acara-acara termasuk BERLIAN (Bersama Lindungi Anak)," kata dia.

Melalui gerakan BERLIAN, pihaknya berupaya menggandeng seluruh stakeholder di Kabupaten Manggarai Barat, NTT agar sadar pentingnya keluarga dan masyarakat dalam melindungi anak.

"Memenuhi hak anak dan menghapus segala bentuk diskriminasi dan kekerasan pada anak, dapat membantu anak tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi optimal di masa depan sebagai penerus bangsa. Selamatkan satu anak, maka masa depan Bangsa Indonesia terselamatkan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya