Sebar 'Joget Mesum', Akun Facebook Ini Diserbu

Seorang penonton joget Bali yang dituding melecehkan penari dan menjadi viral di jejaring sosial Facebook.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Facebook

VIVA – Sejumlah foto dan video yang menampilkan aksi joget tak pantas menuai kecaman pengguna jejaring sosial Facebook.

Facebook dan Instagram Down, Pengguna Ramai-ramai Ngeluh di X: Sudah Beberapa Jam Tumbang Semua!

Bagaimana tidak, dalam foto dan video yang beredar itu tengah menampilkan sejumlah pria sedang asik berjoget dengan para penari berpakaian ala Bali.

Masalahnya, aksi joget dengan irama khas Bali itu justru mempertontonkan aksi para penonton yang melecehkan para penarinya.

Facebook dan Instagram Down! Pengguna Ngeluh di X dan Jadi Trending Topic

Dan ironisnya lagi, seperti yang terlihat dalam video 'joget mesum' seperti yang disebut para pengguna jejaring sosial setelah foto dan video ini viral, disaksikan oleh banyak anak di bawah umur.

"...jngan kasi contoh buruk kpd anak kecil," tulis salah satu akun bernama Agustini Sintha dikutip Kamis, 23 November 2017.

Instagram dan Facebook Down di Seluruh Dunia, Apa Kata Meta?

Dari penelusuran VIVA, terdapat sejumlah komentar yang memang menyebutkan itu memang salah satu tari khas Bali yakni Joget Bumbung.

Namun demikian, joget itu dianggap telah mengalami 'penyelewengan' sehingga lebih kental nuansa erotisnya ketimbang seni.

"Itu budaya yg diselewengkan, joged bumbung aslinya tidak bgtu, tp bnyak oknum yg mnyelewengkan tarian ini shingga mnjadi porno bgni," tulis akun bernama Arya Putra.

Sejauh ini, foto dan video yang diunggah akun Facebook bernama @Arta Wan pada 20 November 2017 itu, terus menuai kecaman dan komentar. Lebih dari 2.200 akun membagikan kembali video 'joged mesum' itu ke pengguna lain.

Sementara terkait Joged Bumbung, dari penelusuran VIVA mengutip di laman Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, joged ini diakui memang fenomenal di Bali.

Joged ini diketahui lahir dari Desa Kalopaksa Buleleng. Dari tangan sekelompok petani desa yang hendak mengisi hiburan seusai bekerja di sawah.

Konon joged ini diperkirakan lahir pada tahun 1940-an, dan hanya berupa tarian sederhana yang menggunakan seperangkat gamelan dari bambu atau yang disebut Ting Klik.

Seiring waktu, tarian ini pun populer dan berkembang hingga ke kabupaten lain di Bali. Sehingga akhirnya munculah sekaa-sekaa atau kelompok. Ketika itulah lahirlah persaingan, mereka pun berinovasi menciptakan kreasi baru demi tetap eksis dan bisa dinikmati.

Saat itulah diduga kuat muncul praktik penyelewengan dengan memanfaatkan unsur erotis dalam tariannya. Joged Bumbung yang awalnya sederhana akhirnya menjadi populer dengan aksi erotis penarinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya