Penolakan pada Ustaz Somad Justru Anti-Pancasila

Ustaz Abdul Somad (UAS).
Sumber :
  • Instagram/@ustadzabdulsomad

VIVA – Insiden pengadangan ustaz Abdul Somad di Denpasar, Bali, belum lama ini menuai sorotan. Pengadangan dan pengusiran penceramah asal Pekanbaru, Riau, itu dinilai tidak elok dan tak sesuai dengan keberagaman di Indonesia.

Terpopuler: Tips Padu Padan Shimmer Dress, hingga Waspadai Infeksi Saluran Kemih Mengintai Wanita

"Saya kira itu tidak elok ya. Justru yang melakukan itu anti-Pancasila, antikebhinekaan," kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto, di Senayan, Jakarta, Selasa 12 Desember 2017.

Yandri mengatakan, cara penyiaran agama tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang lain. Karena itu, dia meminta semua umat menghormati cara penyiaran agama yang berbeda itu.

Kesalahan Ini Banyak Dilakukan Orang saat Lebaran, UAS: Ditusukkan Paku ke Kepala Kamu Lebih Baik

"Jadi perbedaan itu yang membuat kita saling menghormati. Jadi sekali lagi apa yang dilakukan oknum masyarakat Bali itu tidak Pancasilais," ujar Yandri.

Menurut Yandri, tindakan seperti itu bisa mempunyai efek yang besar. Dia khawatir hal ini akan memprovokasi orang-orang lain yang tidak terkait dengan peristiwa itu.

Sudah Bertaubat Apakah Dosa Masa Lalu Tetap Dihisab? Ini Penjelasan UAS

"Saya khawatir nanti orang-orang Bali yang tidak punya masalah dan tidak membuat keonaran, malah menjadi korban di tempat lain," kata Yandri.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya meminta maaf kepada umat Islam di Indonesia atas insiden pengadangan Ustaz Abdul Somad, di Denpasar, Bali.

Menurut dia, Laskar Bali terjebak dalam situasi tersebut. Dia lantas menceritakan awal mula peristiwa itu terjadi. Pada 7 Desember 2017, pukul 19.00 Wita, beberapa perwakilan ormas yang tergabung dalam Komponen Rakyat Bali (KRB) datang ke rumahnya. Mereka meminta ketegasan sikap Laskar Bali atas kehadiran Ustaz Somad di Bali.
    
Jangan Diulangi Lagi

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan menyayangkan insiden pengadangan terhadap Ustaz Abdul Somad di Denpasar, Bali, Jumat lalu. Zulkifli yang juga ketua MPR ini menilai seperti sudah hilang kepercayaan, sehingga saling menghujat satu sama lain. Ia berharap kejadian ini tak terulang lagi.

"Umat hilang kepercayaan. Umat maunya perjuangan di DPR, tapi partai-partainya ke B, sehingga publik melalui survei, tidak percaya lagi," kata Zulkifli Hasan, Senin malam, 11 Desember 2017.

Saat ini, kata dia, orang yang beragama dianggap menjauh dengan kebangsaan. Taat beragama juga dikatakan intoleran. Bahkan orang yang melakukan takbir juga dibilang paham radikal. Menurut dia hal ini menjadi ironis.

Sebab, sebelum dulu meneriakkan kata merdeka, para pejuang dan pendiri bangsa ini selalu memulai dengan teriakan takbir sebanyak tiga kali. "Takbir, takbir, takbir, merdeka. Begitu dulu di Indonesia ini. Jadi jangan sebut lagi takbir itu paham radikal," kata Zulkifli.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya