2018, Mendikbud Wajibkan Soal USBN Berbentuk Esai

Pelaksanaan Ujian Nasional.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendi menyatakan mulai 2018 Ujian Sekolah Berstandar Nasional menerapkan soal esai 100 persen. Sedangkan untuk Ujian Nasional  hanya sebagian saja.

Sepenggal Kisah Awak KRI Nanggala Raih Nilai Sempurna Ujian Fisika SMA

“Mulai 2018, soal-soal esai kami terapkan dalam USBN di seluruh Indonesia. Saat ini tim di Kemendikbud sedang melakukan persiapan menyongsong pelaksanaannya di April nanti,” kata Mendikbud usai membuka Museum Tino Sidin di Bantul,Yogyakarta Kamis 14 Desember 2017.

Sedangkan di UN, soal-soal esai akan diterapkan ke beberapa soal yang memiliki kesulitan tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) untuk semua tingkat. Baik SMA/SMK maupun SMP. Sedangkan untuk soal-soal lainnya disampaikan dalam pilihan ganda. “Namun untuk UN, soal esai ini sifatnya hanya uji coba saja. Kita akan evaluasi nanti,” tuturnya.

Kemenag Tiadakan UN Bagi Madrasah, Ini Syarat Kelulusan Siswa

Mendikbud juga menargetkan 2018 sebanyak 95 persen SMA/SMK sudah menggunakan sistem komputer. Sedangkan untuk SMP yang tahun ini hanya 40 persen dari jumlah sekolah ditargetkan meningkat hingga 80 persen. 

Dari situs Kemendikbud.go.id di 2017, satuan pendidikan yang mengikuti UNBK untuk jenjang SMP yakni sebanyak 8.879 SMP, 1.970 MTs, 198 SMP terbuka, serta 693 PKBM. 

Ujian Nasional 2021 Ditiadakan, Ini Pengganti Syarat Kelulusan

UNBK SMP diikuti oleh 1.349.744 siswa. Meski demikian, dari segi persentase sekolah dan siswa UNBK jenjang SMP masih lebih rendah dari jenjang di atasnya, yakni 32 persen, karena jumlah siswa SMP/MTs jauh lebih banyak. 

Sementara itu, Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) di Yogyakarta, Wuryadi, menyebut pelaksanaan ujian dengan soal-soal esai dinilai mampu menunjukkan ekspresi dan rasionalitas siswa dalam menjawab persoalan dibandingkan pilihan berganda.

“Dalam pilihan berganda, tujuan awalnya adalah penggunaan rasionalitas. Namun di lapangan, ternyata kebanyakan anak didik lebih banyak mengandalkan jawaban berdasarkan spekulatif seperti berdasarkan kancing baju," ujarnya.

Wuryadi mengatakan untuk soal-soal esai, kelemahan terbesarnya adalah pengoreksian yang membutuhkan waktu panjang untuk menilai utuh persoalan.

Sebagai solusi, soal-soal esai yang nantinya diterapkan dalam USBN/UN diharapkan pendek agar menghasilkan respons anak didik secara langsung dan tidak membutuhkan waktu panjang dalam pengkoreksian. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya