Wiranto Ungkap Perbedaan SBY dengan Soeharto

Soeharto
Sumber :
  • Buku 'Pak Harto, The Untold Stories'
VIVAnews -
Sosok 'Jenderal Pembangkang' pada Masa Rezim Soeharto, Kini Raih Pangkat Bintang 5
Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, membanding-bandingkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan mendiang mantan Presiden Soeharto. Menurutnya, selama menjabat presiden dan pengurus partai, Soeharto tak pernah menampakkan kepada publik sedang mengurus partai, yakni Golkar.

Harga Emas Hari Ini 25 April 2024: Produk Antam Melorot, Global Bervariasi

Soeharto, kata Wiranto, tak pernah terlihat menggunakan baju berwarna kuning, meski mantan penguasa Orde Baru itu juga menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar. Hal itu dilakukan agar semua partai dan semua rakyat merasa terayomi oleh presiden. Kepala Negara pun dapat lebih fokus pada rakyat secara umum.
Sosok Qin Huilan, Wanita 70 Tahun yang Jadi Bintang Catwalk di Paris Fashion Week


"Selama tiga tahun saya menjadi ajudan, Pak Harto tidak pernah pakai baju kuning," kata Wiranto, kepada wartawan, seusai acara Launching Hanura Digital di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Senin, 25 Februari 2013.


Mantan Panglima TNI itu berpendapat, presiden harus fokus pada tugasnya sebagai kepala negara sekaligus Kepala Pemerintahan. Sebab jabatan itu adalah amanat rakyat yang harus dijalankan dengan baik. Jika tidak, berarti telah mengkhianati amanat rakyat.


Begitu juga dengan jabatan menteri dan posisi-posisi strategis lain sebagai pejabat penyelenggara negara. Katanya, apabila seseorang diberi amanat menjadi pejabat publik, maka loyalitas pada apa pun, termasuk loyalitas kepada partai otomatis hilang. Fokus bekerja demi kepentingan orang banyak adalah mutlak.


"Mengurus negara saja kadang dua puluh empat jam saja sudah tidak cukup, apalagi kalau disambi mengurus partai," tutur Wiranto.


Ia berharap SBY melepaskan urusan-urusan kepartaian dan lebih fokus kepada tugas-tugas kenegaraan. Selain agar dapat lebih berkonsentrasi pada persoalan-persoalan rakyat, juga untuk menghindarkan kepentingan-kepentingan politik praktis. Demikian juga agar semua unsur bangsa merasa memilki presiden yang sama.


"Presiden adalah presiden rakyat Indonesia, juga pembina bagi seluruh partai. Presiden harus menghindarkan seluruh tindakan yang dapat dianggap membuat iri hati hati kelompok lain, dianggap tidak membina partai lain," kata mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan itu. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya