Pengamat Politik Yudi Latif

Kalla Maju, Tiket Calon Presiden Makin Mahal

VIVAnews - Pernyataan Jusuf Kalla bersedia menjadi calon presiden membuat peta Pemilihan Presiden berubah signifikan. Kalla membuat harga tiket calon presiden semakin mahal.

"Karena dengan keluarnya Jusuf Kalla dari koalisi dengan Susilo Bambang Yudhoyono, maka membuat satu kutub baru dalam kontestasi memperebutkan Pemilihan Presiden," kata Direktur Eksekutif Freedom Institute, Yudi Latif, di kantornya, Kompleks Liga Mas, Jakarta Selatan, Kamis 19 Maret 2009.

Situasi ini tidak mudah bagi partai besar. Partai menengah dan kecil kini punya signifikansi luar biasa untuk menggenapi tiket prasyarat calon presiden yang diperlukan.

"Kalau partai besar terlambat membuka jalur komunikasi, pasti akan diambil duluan oleh pesaingnya. Jadi dengan berbagai cara, sejumlah partai besar mencoba membuka koalisi," kata pengajar di Universitas Paramadina, Jakarta itu.

Demokrat misalnya, setelah ditinggalkan Golkar, segera datang menemui Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional. "Yang lain pun tidak diam dan terus bergerak. Sementara partai-partai kecil penting untuk memberi tanda bahwa mereka tidak hanya membangun relasi dengan satu kandidat tapi juga dengan banyak kandidat untuk menunjukkan bargaining power mereka. Ini untuk membuat persepsi di kalangan partai besar guna lebih aktif mendekat ke mereka," kata Yudi.

Jusuf Kalla sejak akhir Februari lalu menyatakan siap menjadi calon presiden. Pada 14 Maret, 29 Dewan Pimpinan Daerah siap mencalonkan Jusuf Kalla sebagai calon presiden satu-satunya Partai Golkar.

Terpopuler: Beda Sikap Ria Ricis-Teuku Ryan Perlakukan Orang Tua, Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia
Verrell Bramasta.

Verrell Bramasta Berharap Prabowo-Gibran Lebih Fokus Pada Kemajuan Anak Muda

Aktor sekaligus caleg Verrell Bramasta menilai, bahwa Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin negara yang bisa mewujudkan harapan dari kalangan muda.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024