Yusril dan Wiranto Soroti Rendahnya Anggaran Riset RI

Wiranto dan Yusril.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVAnews – Rendahnya hasil riset Indonesia menjadi salah satu penyebab rendahnya daya saing Indonesia di tingkat internasional. Semua itu karena anggaran bagi peneliti di Indonesia amat rendah.

Remaja Perempuan 16 Tahun Ditemukan Tewas Usai Ngamar Bareng 2 Pria di Hotel Jaksel

Kondisi ini menjadi sorotan Wiranto dan Yusril Ihza Mahendra dalam acara "Debat Kandidat Calon Presiden" di Gedung LIPI, Jakarta, Jumat 13 Desember 2013.

“Saat ini, anggaran riset kita hanya 0,08 persen dari PDB. Ini jauh lebih rendah dari Israel yang secara geografis lebih kecil dari Indonesia. Negara di gurun pasir itu anggaran risetnya 4,28 persen dari PDB,” kata Ketua Umum dan capres Hanura, Wiranto.

Padahal, ujar mantan Panglima ABRI itu, kekuatan riset menjadi daya saing bangsa untuk melawan tekanan pihak asing. “Idealnya dana riset 3 persen dari PDB kita. Kalau saya terpilih dalam pemilihan capres, akan saya upayakan bertahap,” kata dia.

Dari data Wiranto, anggaran riset untuk peneliti di Indonesia sekitar Rp10 triliun untuk satu tahun. Jumlah ini tidak mencukupi untuk menghasilkan penelitian yang matang dan sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia.

Kondisi tersebut diperburuk dengan kurangnya penghargaan negara terhadap para peneliti di Indonesia. “Saya punya data, 7.000 orang peneliti kita kerja di luar negeri. Mereka bukannya tidak nasionalis. Mereka ke luar negeri karena tidak ada pekerjaan dan jaminan untuk mereka di sini. Penghargaan untuk mereka pun kecil,” ujar Wiranto.

Buruknya anggaran dan jaminan untuk peneliti RI juga diakui Ketua Majelis Syuro dan capres Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra. “Perhatian yang sangat minim terhadap peneliti ini juga jadi salah satu penyebab negara kita selalu didikte asing,” kata dia.

Yusril mengusulkan anggaran riset RI diambil dari sektor-sektor strategis. Menurut dia, anggaran penelitian tak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. “Perlu pemasukan lain karena APBN kita tidak memungkinkan. Harus ada terobosan,” kata dia.

Pakar hukum tata negara asal Belitung itu mengatakan, potensi pertambangan di Indonesia yang amat besar bisa menjadi solusi atas minimnya anggaran riset itu.

“Kita punya banyak mineral unik yang hanya ada di Indonesia, salah satunya lithium, bahan baterai abadi. Itu banyak di Bangka Belitung," kata Yusril.

Kabar Sandra Dewi Dicekal Kejagung, Pengacara Harvey Moeis Bilang Begini

Potensi ini bisa menaikkan posisi Indonesia. "Kita bisa mendikte negara lain dengan penguasaan mineral. Sektor pertambangan itu juga dapat meningkatkan biaya riset dan kesejahteraan bagi peneliti,” kata Yusril. (art)

Ilustrasi diecast

Diecast Bukan Sekadar Mainan Semata

Sukses dengan penyelenggaraan Indonesia Diecast Expo 2023 (IDEX), para pecinta diecast bersiaplah untuk menyambut Indonesia Diecast Expo 2024 (IDE11) yang akan kembali ha

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024