- Dok. Seknas Jokowi
VIVAnews - Sejumlah pendukung Joko Widodo secara terbuka mendeklarasikan gubernur DKI Jakarta itu untuk menjadi presiden Republik Indonesia tahun 2014. Deklarasi dilakukan dengan long-march di tengah keramaian hari bebas kendaraan bermotor di Sudirman-Thamrin siang tadi, Minggu 15 Desember 2013.
Deklarasi dukungan kepada Jokowi ini diorganisir Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi. Dalam pernyataannya pada VIVAnews, Seknas Jokowi memproklamirkan diri sebagai wadah bagi warga yang menginginkan Jokowi menjadi Presiden RI.
"Wadah ini berskala nasional karena memang menjangkau rakyat Indonesia yang tinggal di berbagai wilayah negeri ini dari Aceh sampai Papua. Seknas Jokowi dibentuk atas desakan warga agar suara rakyat Indonesia yang mendambakan Jokowi untuk memimpin negeri ini bisa semakin terorganisir, kuat dan menggema ke seantero negeri," ujar Presidium Seknas Jokowi, Muhammad Yamin dan Dadang Juliantara.
Dalam salah satu bagian deklarasi yang dideklarasikan oleh 100 orang anggota seknas ini dikutip pidato Bung Karno sebelum membacakan teks Proklamasi, 17 Agustus 1945. “Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib bangsa dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya,” ujar Bung Karno dalam deklarasi tersebut.
Menurut Dadang Juliantara, nasihat Bung Karno itulah yang harus dilakukan sekarang, yaitu bangsa Indoesia harus memegang kendali atas kehidupannya sendiri. Potensi besar alam dan manusia Indonesia harus dipimpin oleh mereka yang peduli dengan semangat para pendiri bangsa. "Indonesia, harus berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang kebudayaan," ujar Dadang, aktivis senior dari Yogyakarta itu.
Sejumlah nama tampak masuk dalam daftar seratus tokoh deklarator, antara lain mantan Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim, sejarawan Dr Hilmar Farid, ahli agraria Dr Noer Fauzi, dan sejumlah nama lain yang dikenal sebagai pengacara, akademisi, dan mantan aktivis prodemokrasi di tahun 80-an dan 90-an.
Seorang mantan aktivis asal Yogyakarta yang kini menjadi pengacara, Afnan Malay, mengatakan ini saatnya Indonesia mencari pemimpin dari generasi baru. "Bukan hanya kami, yang rindu pemimpin punya telinga, menjawab janji tidak dengan retorika tapi kerja nyata. Ya, bukan hanya kami: melainkan Indonesia!" demikian petikan sajak Afnan, yang dibacakannya di depan massa.
Arak-arakan dimulai dari Tugu Air Mancur di depan kantor Bank Indonesia melintasi Jalan Thamrin dan Bundaran Hotel Indonesia hingga berakhir di mulut Jalan Kotabumi di sisi Jalan Sudirman, Jakarta Pusat.
Organisasi ini mengklaim sekitar 1.000 orang bergabung dalam pawai yang dimeriahkan juga oleh atraksi Reog Ponorogo, karnaval warga berpakaian adat, serta kelompok musik tiup, perkusi, serta paduan suara itu.(np)