Pertemuan Wiranto - Prabowo

Terjungkal di Bawah Beringin

VIVAnews -- Perseteruan antara Jenderal Purnawirawan Wiranto dan Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto, benarkah terjadi? Secara fisik mereka memang tak saling serang. Juga belum pernah ada ucapan dari salah satu jenderal itu yang menyingkap persoalan di antara mereka.

Cerita perseteruan dua jenderal ini makin deras setelah reformasi. Bahkan muncul dalam bentuk buku, kendati tak diungkapkan dengan terang. Wiranto, misalnya, menulis buku Bersaksi di Tengah Badai pada 2003. Di situ dia menjawab tudingan bahwa dia seorang jenderal yang meninggalkan ibukota di tengah keadaan gawat, pada Mei 1998.

Wiranto, dalam bukunya, mengatakan kepergiannya itu hanyalah untuk serah terima Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC). Dan itu dilakukan atas permintaan Prabowo, selaku Panglima Kosrad. Di tahun yang sama pula, terbit dua buku sanggahan Bersaksi di Tengah Badai, yaitu buku Politik Huru-hara Mei 1998 karya Fadli Zon dan buku Konflik dan Integrasi TNI-AD yang ditulis Kivlan Zen.

Fadli dan Kivlan, pensiunan mayor jenderal mantan Kepala Staf Kostrad, memang dikenal sebagai orang yang sangat dekat dengan Prabowo. Fadli dalam bukunya menuliskan keterangan Prabowo yang menyebutkan tentang peristiwa aneh pada 14 Mei 1998.

Hari itu, kata Prabowo dalam buku Fadli, di tengah kerusuhan yang melanda Jakarta dan sekitarnya, Panglima ABRI Jenderal Wiranto memboyong jenderal-jenderal penting ke Malang untuk menghadiri upacara peralihan Komando Pengendalian PPRC.

Padahal, menurut Fadli dalam bukunya, sehari sebelumnya Prabowo telah menghubungi Wiranto untuk membatalkan acara tersebut. "Karena keamanan ibukota dalam bahaya." Kenyataannya, Prabowo ikut Wiranto ke Malang.

Menegangkan, Timnas Indonesia U-23 Ditahan 10 Pemain Korea Selatan

Perang dalam buku itu berlalu. Selanjutnya, Wiranto dan Prabowo berseteru merebut simpati Partai Golkar. Keduanya berhasrat menjadi Presiden RI, pada pemilu 2004. Namun dua-duanya belum memiliki kendaraan. Partai Golkar adalah yang paling terbuka kemungkinan untuk langkah mereka.

Tetapi dua jenderal itu harus terlebih dahulu ikut konvensi. Bertempurlah keduanya di media massa, lewat iklan dan wacana. Pemenangnya adalah Wiranto. Belakangan Wiranto juga kalah dalam pemilihan presiden. Waktu itu presiden terpilih adalah Susilo Bambang Yudhoyono.

Adapun Prabowo, sejak itu menghilang. Dia dikabarkan berbisnis di luar negeri.

Bawa Kabar dari Tanah Suci, Peran Media Optimalkan Penyelenggaraan Ibadah Haji
Menag dan Majelis Masyayikh Bahas Rekognisi Santri dan Ma’had Aly

Bertemu Majelis Masyayikh, Menag Bahas Rekognisi Santri dan Ma’had Aly

Majelis Masyayikh adalah lembaga mandiri dan independen sebagai perwakilan Dewan Masyayikh dalam merumuskan dan menetapkan system penjaminan mutu pendidikan pesantren.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024