Bila Jadi Presiden, Joko Cuma Ingin 1-2 Jam di Kantor

Calon Presiden nomor urut dua Joko Widodo memberikan sambutan saat kampanye di Lapangan Situ Buleud, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (17/06/2014)
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Calon presiden Joko Widodo menggelar kampanye terbuka di Dusun Krajan, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Selasa, 17 Juni 2014. Pada kesempatan tersebut, Joko menyampaikan apabila terpilih menjadi presiden pada pilpres 2014 akan tetap menemui langsung masyarakat atau blusukan.
Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapat 61 Persen Saham Freeport Indonesia, Meski Alot Negosiasinya
 
Dalam kepemimpinan, dia mengaku lebih senang apabila bertemu langsung dengan para nelayan, pedagang dan petani. Politisi asal Solo itu berjanji apabila menjadi presiden akan lebih banyak menghabikan waktunya bersama masyarakat ketimbang di kantor.
Sidang Sengketa Pilpres di MK, Bawaslu Sebut Jokowi Bagi-bagi Bansos Tak Langgar Netralitas
 
"Nanti saya cuma satu dua jam saja di kantor, sisanya di desa nelayan, desa petani bersama rakyat, kalau saya di kampung dan di pasar memang tidak boleh?" kata Jokowi dalam orasinya saat berkampanye.
Gus Miftah Curiga Jokowi Pilih Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Karena Lucu, Bukan Prestasi
 
Jokowi menuturkan, salah satu alasan melakukan blusukan supaya tahu keadaan sebenarnya yang ada di lapangan. Jokowi mengaku, berdasarkan pengalamannya selama menjadi wali kota di Solo dan menjadi gubernur di DKI Jakarta banyak pejabat yang bermental "asal bapak senang" (ABS). Kata dia, para pejabat itu hanya melaporkan hal-hal yang baik saja dan menyembunyikan yang buruk dari atasannya.
 
"Gimana pemimpin nggak pernah ke bawah, nggak pernah ketemu rakyatnya. Kalau tidak blusukan, dengar keluhan dari mana? Lihat penderitaan dari mana? Dari kantor?" katanya.
 
Joko mencontohkan, salah satunya soal pengendalian harga pupuk. Kata dia, bisa saja dia mendapatkan laporan-laporan yang bagus dari anak buahnya soal harga pestisida bagi para petani. Tetapi kalau tidak dikontrol pada kenyataannya di lapangan para petani kesulitan mendapatkan pestisida karena harganya mahal.
 
"Harga pestisida harus baik, karena rakyat makmur negara akan baik, bagaimana kalau pemimpin tidak pernah turun ke bawah. Kalau Pemimpin tidak pernah temui rakyatnya bagaimana bisa melihat penderitaan rakyat kalau ada di kantor terus," lanjut Joko. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya