PDIP: Ahok-Djarot Skenario Ketiga

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eriko Sotarduga mengatakan masih ada kemungkinan mengusung petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok) dengan petahana Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

Djarot Prediksi Ada Empat Calon Gubernur DKI

Pasalnya, pendaftaran bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur melalui partai politik masih cukup lama, yakni pada tanggal 19 sampai 21 September 2016 mendatang.

"Semua masih memungkinkan, skenario ini kan masih terbuka lebar. Ini kan masih ada 40 hari, dalam waktu 40 hari dinamika politik tinggi DKI ini kan menjadi ibu kota Indonesia, kita tidak bisa mengabaikan bahwa pusat pemerintahan ada di Jakarta," ujar Eriko di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 12 Agustus 2016.

Enam Partai Sepakat Usung Satu Pasangan Lawan Ahok-Djarot

Menurut dia, sampai saat ini dalam rapat DPP PDI-P untuk membahas Pilkada DKI Jakarta belum terjadi, lantaran PDI-P masih fokus membicarakan daerah-daerah luar Jawa terlebih dahulu, yang secara komunikasi jauh.

Ketika ditanya apakah pemilihan Ahok tidak melanggar konstitusi partai, lantaran Ahok bukan kader PDIP, dan seharusnya mengikuti fit and proper test, Eriko menjawab kalau itu masih dalam skenario politik saja.

Firasat Djarot Sebelum Diduetkan dengan Ahok

"Itu kan skenario, dia kan masuk skenario ketiga ini, tapi kan kita menunggu bagaimana sambutan petahana. Sampai saat ini kan belum ada pertanyaan dari beliau kalau ingin didukung PDI Perjuangan juga," katanya.

Eriko menegaskan PDIP tidak ingin sembarangan memilih pemimpin untuk Pilkada DKI Jakarta. Sekalipun internal PDIP memiliki banyak calon potensial yang bisa diusung, namun PDIP dituntut mampu menyerap keinginan warga Jakarta terkait sosok pemimpin yang dibutuhkan Ibu Kota negara ini.

"Kita kumpulkan dari masyarakat, siapa yang diinginkan masyarakat DKI kita tunggu. Tidak bisa terburu-buru menentukan pemimpin DKI Jakarta. Karena pemimpin DKI berdasar hasil lalu menjadi salah satu potensial di tingkat nasional. Kader kami, Presiden berasal dari DKI," terang dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya