Pilkada Jakarta 2017

Faktor X Ini Bisa Jegal Ahok-Djarot di Pilkada DKI

Spanduk dukungan untuk Ahok dan Djarot
Sumber :
  • ANTARA/Reno Esnir

VIVA.co.id – Pengamat Politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan bahwa dukungan PDIP atas bakal calon Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat menjadikan keduanya sebagai pasangan calon terkuat untuk Pilkada Jakarta. Alasannya, dari survei yang ada ditunjukkan bahwa elektabilitas Ahok-Djarot relatif paling tinggi.  

Ogah Usung Anies di Pilgub Jakarta, Gerindra: Kita Punya Jagoan Lebih Muda dan Fresh

"Survei Ahok-Djarot ada di level tertinggi, walaupun ada pasangan lain mulai mendekati elektabilitasnya. Ini sederhana saja, kombinasi antara calon incumbent dengan elektabilitas terkuat didukung mesin politik terkuat yakni PDIP. Jadi paslon (pasangan calon) ini pasti di atas angin," kata Yunarto dihubungi, Rabu, 21 September 2016.

Hanya kata dia, ada faktor X yang disebutnya bisa membuat Ahok-Djarot terjegal dalam Pilkada 2017 mendatang. Faktor itu adalah tingkat kepuasan publik atas kinerja Ahok yang tidak selalu linear dengan elektabilitas Ahok.

Gerindra Siapkan Kader Internal yang Potensial Menang di Pilkada Jakarta

"Dalam beberapa survei, kepuasan publik kepada Ahok selalu di atas 60 persen tapi elektabilitas Ahok hanya di angka 40 hingga 50 persen," ujar Yunarto.

Faktor X tersebut juga menunjukkan bahwa sejumlah kalangan di Ibu Kota tak lagi ingin dipimpin Ahok.  

KPU DKI Sudah Antisipasi Banjir saat Proses Pemungutan Suara Pilgub 2024

"Ada faktor X, faktor lain yang memungkinkan lawan untuk memiliki peluang. Entah karena tidak suka gaya kepemimpinan Ahok dan komunikasi politik Ahok. Nah itu jadi peluang yang sangat besar untuk memenangkan pertarungan Pilgub DKI," ungkap Yunarto.

Yunarto membandingkan Pilkada DKI 2017 mendatang dengan Pemilihan Presiden 2014 lalu ketika Joko Widodo dengan elektabilitasnya yang tinggi harus berhadapan dengan Prabowo Subianto. Menurut dia, ada kesamaan situasi yang dialami Ahok-Djarot dengan lawan politik mereka nantinya.

"Dahulu ketika Jokowi maju Pilpres pun, situasinya sama. Surveinya jauh sangat tinggi. Kemudian ketika sudah diputuskan calon, justru Prabowo bisa mendapatkan limpahan suara Jokowi yang sangat besar," ujar dia.

Selain itu semboyan “Asal Bukan Ahok” yang mulai digulirkan oleh sejumlah kelompok masyarakat dan partai politik dinilai juga menjadi celah kantung suara bagi para pesaing Ahok.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya